Senin 04 May 2020 09:51 WIB

IHSG Terkoreksi di Awal Pekan

Pelaku pasar dan investor mulai menyadari dan menerima situasi yang terjadi saat ini.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Layar menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pekan lalu. IHSG dibuka di zona negatif setelah sepekan lalu mengalami penguatan.
Foto: ANTARA/Hafidz Mubarak A
Layar menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, pekan lalu. IHSG dibuka di zona negatif setelah sepekan lalu mengalami penguatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan akan cukup berat sepanjang pekan ini. Pada awal pekan, Senin (4/5), indeks saham dibuka di zona negatif, terkoreksi sebesar 2,72 persen ke posisi 4.588,05 setelah mengalami penguatan sepekan terakhir. 

Direktur Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus mengatakan, pasar akan menanti sejumlah data ekonomi baik dari dalam negeri maupun internasional. Dari Indonesia, data yang akan muncul yaitu indeks PMI manfacturing serta data inflasi. 

Baca Juga

Nico memperkirakan, sejumlah data tersebut akan mengalami penurunan. "Hal ini tentu sesuatu yang wajar, khususnya di tengah situasi dan kondisi seperti sekarang ini, daya beli mengalami penurunan," kata Nico, Senin (4/5). 

Selain itu, lanjut Nico, pasar juga akan menanti data mengenai pertumbuhan ekonomi. Dia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kuartalan akan berada di teritori negatif, meskipun secara tahunan masih berada di area positif.

Sementara itu dari global, pasar juga menunggu data ekonomi yang akan dirilis oleh Amerika Serikat (AS). Data mengenai Initial Jobless Claims, Continuing Claims serta Unemployment Rate akan selalu menjadi perhatian utama karena aktivitas ekonomi yang kian melambat di AS dan diperkirakan akan semakin memburuk. 

Meskipun aktivitas di China sudah mulai pulih, Nico melihat, neraca dagangnya berpotensi mengalami penurunan. Hal tersebut lantaran masih melemahnya aktivitas ekonomi di seluruh dunia. 

Beberapa data ekonomi yang akan dirilis ini berpotensi menekan kinerja pasar keuangan. Meski demikian, Nico melihat para pelaku pasar dan investor sudah mulai menyadari dan menerima situasi yang terjadi saat ini.

"Sehingga kami melihat seberapa jauh para pelaku pasar dan investor dapat mentoleransi data negatif tersebut, sejauh itu pula market akan bertahan terhadap penurunan sekalipun data ekonomi tidak sesuai yang diharapkan," tutur Nico.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement