Sabtu 02 May 2020 21:53 WIB

Mendikbud: Gunakan Akal Sehat untuk Filter Informasi

Banyak orang yang tak mau menerima Covid-19 sebagai suatu yang organik terjadi.

Rep: Febryan A/ Red: Budi Raharjo
Mendikbud Nadiem Makarim
Foto: Antara/Rivan Awal Lingga
Mendikbud Nadiem Makarim

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim mengatakan, di masa pandemi Covid-19 ini setiap orang harus menggunakan akal sehat dalam memfilter informasi sehingga bisa bertindak secara rasional. Ia pun menyinggung soal banyaknya bertebaran teori konspirasi terkait Covid-19.

Nadiem mengatakan, secara psikologis, manusia memang selalu berupaya mencari pihak-pihak untuk disalahkan ketika menemui hal-hal yang tak bisa dimengerti. Pada saat terjadi pandemi Covid-19 ini, misalnya, manusia yang bingung atas kemunculannya dan besarnya dampaknya, berupaya mencari orang untuk disalahkan.

"Ada banyak sekali orang yang tidak mau menerima Covid-19 ini sebagai suatu yang organik terjadi. Sehingga lebih mudah menyalahkan suatu orang, suatu pihak, atau mempercayai suatu teori konspirasi. Itu adalah cara berpikir malas," kata Nadiem dalam acara peringatan Hari Pendidikan Nasional 2020 yang disiarkan secara daring, Sabtu (2/5).

Menurut dia, manusia seharusnya percaya kepada para ilmuan. Sebab, sejak beberapa tahun yang lalu, mereka sudah memprediksi bahwa pandemi seperti ini bakal terjadi.

"Kita sudah bayak sekali scientist, researcher, dan dokter yang bilang bahwa pandemi ini bukan apakah akan terjadi tapi kapan akan terjadi. Seperti Bill Gates sudah lakukan (menjelaskan soal ancaman pandemi) 4 tahun lalu," ujar Nadiem.

Ia menambahkan, jikalau umat manusia mau mendengarkan para ilmuan, maka kita sudah memahami pandemi ini akan terjadi. Ia pun menekankan, mungkin saja pandemi seperti ini bakal terjadi lagi ke depannya. "Tapi untunglah kita bisa belajar dari experience ini sehingga kita bisa antisipasi bencana-bencana lainnya ke dapan," ucapnya.

Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun ini mengusung tema 'Belajar dari Covid-19'.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement