Sabtu 02 May 2020 20:19 WIB

Pemasangan Alat KB Turun Hampir 50 Persen Selama Corona

Angka kehamilan bisa naik 10 hingga 20 persen

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo memberikan sambutan pada acara diskusi pakar di Kantor BKKBN, Jakarta, Rabu (28/8).
Foto: Republika/Prayogi
Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo memberikan sambutan pada acara diskusi pakar di Kantor BKKBN, Jakarta, Rabu (28/8).

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat pemasangan alat kontrasepsi keluarga berencana (KB) selama masa pandemi virus corona SARS-CoV2 (Covid-19) menurun hampir 50 persen. Jika pemasangan alat KB terus berkurang, maka angka kehamilan di Tanah Air dikhawatirkan bisa meningkat hingga 20 persen.

Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Hasto Wardoyo mengaku, pihaknya telah menghimpun data jumlah pemasangan alat KB yang menurun selama wabah Covid-19. 

"Setiap bulan kami mengumpulkan data penggunaan alat KB seperti susuk, pil dan trennya menurun hampir 50 persen. Kalau penurunan penggunaan alat KB terus terjadi dalam tiga bulan maka angka kehamilan bisa naik 10 hingga 20 persen," ujarnya saat webinar #di rumah aja, Corona Negatif, Istri Positif, Sabtu (2/5).

Padahal, pihaknya mendorong pasangan suami istri (pasutri) untuk menunda kehamilan di masa pandemi ini. Sebab, kehamilan selama wabah virus ini bisa menyebabkan beberapa hal, termasuk penurunan daya tahan tubuh yang bisa mengakibatkan rentan terinfeksi Covid-19. 

 

"Sebab Tuhan telah menciptakan daya tahan tubuh perempuan menurun saat awal kehamilannya supaya tidak menolak bayi. Di awal kehamilan saja imunitas tubuhnya turun dan ini bisa mengakibatkan perempuan hamil ini mudah terinfeksi, termasuk Covid-19," katanya.

Kedua, dia melanjutkan, perempuan hamil muda pasti mengalami keluhan mual, muntah, dan ini bisa membuat asupan nutrisi yang masuk tubuh menjadi kurang karena adanya perasaan itu. Oleh karena itu, ia meminta pasutri harus menghitung betul kemungkinan ini.

Yang juga harus menjadi perhatian, pria yang juga dokter spesialis kandungan itu menjelaskan di masa dua bulan pertama kehamilan adalah fase pembentukan organ tubuh jabang bayi. Artinya, ia menyontohkan kalau perempuan dinyatakan hamil sekarang hingga delapan pekan kehamilan adalah masa pembentukan organ tubuh calon buah hatinya seperti kepala, pundak, lutut, kaki, daun telinga, mata, hingga hidung. 

"Sehingga kalau perempuan ini terinfeksi termasuk Covid-19 di fase dua bulan kehamilan pertama kemudian harus minum obat, kita belum tahu pengaruh obat Covid-19 terhadap orang yang hamil muda. Karena kecacatan terjadi di fase dua bulan pertama kehamilan," katanya.

Tak hanya itu, ia menyebutkan minimal 5 bahkan 15 persen dari seluruh kehamilan ternyata mengalami keguguran. Artinya, ia menyebutkan setiap 100 perempuan positif hamil minimal lima orang perempuan ternyata tidak melahirkan bayinya.

Ia menyebutkan kalau persoalan ini terjadi di masa pandemi ini tentu akan merepotkan ibu hamil yang keguguran. Sebab, ia menyebutkan jumlah dokter kini terbatas, layanan fasilitas kesehatan juga terbatas apalagi adanya imbauan jangan ke fasilitas kesehatan atau rumah sakit jika tidak penting. Jadi, ia menambahkan, alangkah bijaknya bagi pasutri yang belum hamil untuk menundanya.

"Tunda dulu kehamilan karena ini juga berdasarkan rekomendasi dokter-dokter fertilitas seluruh dunia yang meminta menunda kehamilan," katanya.

Lebih lanjut ia juga meminta pasutri yang terlanjur menjalani program hamil untuk menghentikan dulu semua pengobatannya. Untuk mencegah kehamilan, Hasto menyebutkan pasutri ini bisa menggunakan kondom, pil hingga suntik sehingga hubungan seks dengan pasangan sah tidak terganggu dan tidak mengguncang keharmonisan rumah tangga.

"Jadi pakai kontrasepsi saat masa pandemi ini penting sekali. Setelah pandemi berlalu, pasutri bisa merencanakan kehamilan," ujarnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement