Sabtu 02 May 2020 06:18 WIB

Penyebab Belgia Miliki Tingkat Kematian Covid-19 Tertinggi

Belgia memasukkan kasus kematian di luar RS sebagai kematian akibat Covid-19.

Rep: Adysha Citra Ramadhani/ Red: Dwi Murdaningsih
 Warga Belgia berjalan di depan poster kampanye melawan Covid-19 di Brussel, Selasa. Seorang anak berusia 12 tahun menjadi korban meninggal termuda akibat infeksi virus corona di Eropa.
Foto: EPA
Warga Belgia berjalan di depan poster kampanye melawan Covid-19 di Brussel, Selasa. Seorang anak berusia 12 tahun menjadi korban meninggal termuda akibat infeksi virus corona di Eropa.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Belgia dikenal sebagai salah satu negara dengan sistem kesehatan terbaik dan cepat dalam menerapkan kebijakan lockdown terkait pandemi Covid-19. Akan tetapi, Belgia memiliki angka kematian akibat Covid-19tertinggi di dunia. Apa penyebabnya?

Berdasarkan data dari Johns Hopkins University, Belgia memiliki tingkat kematian akibat Covid-19 sebesar 665 per sejuta penduduk. Bila dibandingkan dengan negara lain, Inggris memiliki angka 394 per sejuta penduduk, AS 193 per sejuta penduduk, Spanyol 525 per sejuta penduduk dan Italia 463 per sejuta penduduk.

Baca Juga

Ternyata, tingginya tingkat kematian akibat Covid-19 di Belgia bukan disebabkan oleh penyebaran penyakit Covid-19 di negara tersebut. Tingkat kematian akibat Covid-19 yang tinggi di Belgia lebih disebabkan oleh cara pemerintah menghitung kasus kematian.

Saat ini, jumlah kematian akibat Covid-19 di Belgia tercatat sebanyak 7.703 dengan total kasus 49.032. Akan tetapi, Federal Public Service for Health Belgia mengungkapkan bahwa hanya sekitar 46 persen dari jumlah kematian tersebut yang terjadi di rumah sakit dan sudah terkonfirmasi positif akibat Covid-19.

Sisanya, yaitu sekitar 53 persen atau sekitar 4.100 kasus, merupakan kematian yang berasal dari luar rumah sakit, seperti panti jompo. Sekitar 84 persen dari kasus tersebut adalah suspek Covid-19 akan tetapi penyebab kematiannya belum terkonfirmasi akibat Covid-19.

Meski belum terkonfirmasi Covid-19, pemerintah Belgia sengaja memasukkan kasus tersebut sebagai kasus kematian akibat Covid-19. Hal ini dilakukan karena pemerintah Belgia ingin menunjukkan transparansi penuh dalam mengomunikasikan kematian terkait Covid-19.

"Meskipun ini menyebabkan munculnya angka yang terkadang ditaksir terlalu tinggi dari seharusnya (overestimasi)," ungkap Perdana Menteri Belgia Sophie Wilmes, seperti dilansir Independent.

Kepala Divisi Penyakit Akibat Virus dari Institut Kesehatan Masyarakat Sciensano Steven Van Gucht tidak merasa keberatan dengan cara tak biasa Belgia dalam menghitung jumlah kematian akibat Covid-19. Namun jumlah kematian akibat Covid-19 di Belgia perlu dibagi dua terlebih dahulu bila ingin dijadikan sebagai perbandingan untuk negara lain. Alasannya, lebih dari setengah jumlah kematian tersebut belum terkonfirmasi Covid-19.

"Kami melakukan ini untuk menyelamatkan nyawa. Dengan cara itu, sistem bekerja," jelas Gucht.

Di sisi lain, beberapa pihak menilai cara perhitungan kasus kematian Covid-19 di Belgia ini sebagai sesuatu yang kontroversial. Alasannya, kasus kematian yang mungkin disebabkan oleh diabetes, gagal jantung, hipertensi atau masalah lain jadi terhitung sebagai kematian akibat Covid-19.

Terlepas dari kontroversi ini, kurva Covid-19 di Belgia mulai tampak menurun. Per Senin, Belgia akan mulai melakukan tahap pertama penghentian kebijakan lockdown. Pada tahap pertama ini, toko-toko mulai diizinkan untuk beroperasi kembali. Bila angka Covid-19 di Belgia tetap rendah, langkah selanjutnya adalah memulai kembali kegiatan sekolah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement