Sabtu 02 May 2020 00:40 WIB

Hungaria Bersiap Hadapi Gelombang Kedua Pandemi Covid-19

Gelombang kedua pandemi Covid-19 diperkirakan melanda Hungaria pada Oktober.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Reiny Dwinanda
Musisi dan komposer Hungaria Adam Moser bermain akordeon di balkon rumahnya di Budapest, Hungaria, menyusul pemberlakukan lockdown, Jumat (20/3). Warga Hungaria diminta untuk bersiap akan kemungkinan datangnya gelombang kedua pandemi Covid-19.
Foto: EPA-EFE/ZOLTAN BALOGH
Musisi dan komposer Hungaria Adam Moser bermain akordeon di balkon rumahnya di Budapest, Hungaria, menyusul pemberlakukan lockdown, Jumat (20/3). Warga Hungaria diminta untuk bersiap akan kemungkinan datangnya gelombang kedua pandemi Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BUDAPEST -- Hungaria mempersiapkan diri akan kemungkinan datangnya gelombang kedua pandemi Covid-19 pada Oktober dan November. Perdana Menteri Viktor Orban mengatakan, penurunan jumlah infeksi virus tersebut diperkirakan terjadi pada musim panas.

Mulai Senin, Hungaria akan melonggarkan pembatasan di daerah pedesaan. Sejumlah toko dan restoran akan diizinkan untuk dibuka kembali untuk menggerakkan aktivitas perekonomian yang terpukul akibat wabah penyakit akibat infeksi virus korona. Namun, pembatasan pergerakan di Budapest dan sekitarnya tetap diberlakukan hingga terjadi penurunan kasus kematian dan infeksi baru.

Baca Juga

"Virus belum hilang, kami hanya memenangkannya beberapa waktu. Kita harus bersiap menghadapi gelombang kedua pada Oktober-November," ujar Orban.

Orban mengatakan, pemerintah membuka aktivitas ekonomi agar warganya dapat kembali bekerja. Pemerintah akan menawarkan pelatihan berbayar dan memperluas program pekerjaan umum, termasuk membuka rekrutmen pasukan militer.

Pelonggaran lockdown yang dilakukan secara bertahap merupakan strategi pemerintah untuk mencegah merosotnya perekonomian yang berkelanjutan. Perekonomian Hungaria diperkirakan menurun empat persen pada tahun ini.

 
Hingga Jumat (1/5), Hungaria melaporkan 2.863 kasus infeksi virus korona dengan 323 kematian.

 

 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement