Jumat 01 May 2020 14:54 WIB

Himbara: Likuiditas Perbankan BUMN Dipastikan Tumbuh Positif

Pertumbuhana aset secara keseluruhan bank BUMN tumbuh sebesar 7,09 persen

Rep: Novita Intan/ Red: Nidia Zuraya
Likuiditas bank BUMN. ilustrasi
Foto: Republika
Likuiditas bank BUMN. ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) memastikan kinerja keuangan perbankan umum masih tumbuh positif di tengah penyebaran virus corona. Hal ini tercermin dari sisi likuiditas dan pertumbuhan kredit tumbuh positif hingga Maret 2020.

Ketua Himbara Sunarso mengatakan likuiditas bank bumn masih mencukupi meski adanya pandemi virus corona. Tercatat sisi pertumbuhan kredit secara keseluruhan masih mampu tumbuh 11,03 persen diantaranya PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk tumbuh 9,38 pesen, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk sebesar 14,84 persen, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk tumbuh 11,2 persen, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk sebesar 4,59 persen.

Baca Juga

“Likuiditas Himbara masih tercukupi diantaranya berdasarkan LDR BRI pada level 90,39 persen, Bank Mandiri 94,91 persen, BNI 92,3 persen dan BTN 114,2 persen jadi hingga Maret likuiditas bank himbara masih baik,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Jumat (1/5).

Sunarso menjelaskan pertumbuhana aset secara keseluruhan bank BUMN juga tumbuh sebesar 7,09 persen dengan nilai Rp 3.530 triliun diantaranya BRI tumbuh 5,82 persen, Bank Mandiri 9,15 persen, BNI 7,9 persen dan BTN hanya tumbuh 2,27 persen.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat likuiditas dan permodalan industri perbankan secara keseluruhan hingga Maret 2020 berada pada level yang memadai. Adapun rasio alat likuid atau non-core deposit terpantau pada level 112,90 persen, di atas threshold 50 persen.

Deputi Komisioner Humas dan Logistik OJK Anton Prabowo menambahkan kondisi ini juga didukung dengan adanya kebijakan restrukturisasi kredit yang dimulai sejak Maret, sehingga tidak membebani permodalan bank mengingat kredit yang direstrukturisasi dikategorikan lancar.

Kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan per Maret 2020 masih tumbuh positif. Tercatat kredit perbankan masih mampu tumbuh sebesar 7,95 persen secara year on year (yoy) yang ditopang oleh kredit valas yang tumbuh sebesar 16,84 persen yoy dan piutang perusahaan pembiayaan tumbuh 2,49 persen yoy. Kemudian Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan juga masih tumbuh sebesar 9,54 persen yoy.

“Kami memandang stabilitas sektor jasa keuangan di tengah pandemi Covid-19 yang hingga April tercatat masih dalam kondisi terjaga. Hal ini ditunjukkan dengan intermediasi sektor jasa keuangan yang membukukan kinerja positif dan profil risiko industri jasa keuangan tetap terkendali,” jelasnya.

Dari sisi industri asuransi juga masih menghimpun premi sebesar Rp 17,5 triliun atau terkontraksi sebesar 7,51 persen yoy.

Sedangkan sampai dengan 28 April 2020, penghimpunan dana melalui pasar modal telah mencapai Rp 28,3 triliun dengan 22 emiten baru. Adapun di dalam pipeline terdapat 53 emiten yang akan melakukan penawaran umum dengan total indikasi penawaran sebesar Rp 21,2 triliun.

Untuk profil risiko lembaga jasa keuangan pada Maret 2020 juga masih terjaga pada level yang terkendali dengan rasio Non Performing Loan (NPL) gross sebesar 2,77 persen (NPL net: 0,98 persen) dan Rasio Non Performing Financing (NPF) sebesar 2,75 persen.

Dari sisi nilai tukar Rupiah, risiko nilai tukar perbankan dapat dijaga pada level yang rendah terlihat dari rasio Posisi Devisa Neto (PDN) sebesar 1,94 persen, jauh di bawah ambang batas ketentuan sebesar 20 persen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement