Jumat 01 May 2020 00:03 WIB

BPS: Iklan Lowongan Kerja Menurun 70 Persen

Penurunan jumlah iklan lowongan kerja terjadi pada semua sektor.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Indira Rezkisari
Pencari kerja, BPS mencatat pandemi Covid-19 telah menurunkan iklan lowongan kerja hingga 70 persen.
Foto: Antara/Wahyu Putro A
Pencari kerja, BPS mencatat pandemi Covid-19 telah menurunkan iklan lowongan kerja hingga 70 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, terjadi penurunan jumlah perusahaan yang memasang iklan lowongan kerja hingga 50 persen per 20 April dibandingkan Maret. Kepala BPS Suhariyanto menilai, ini dapat menjadi indikasi dampak pandemi Covid-19 terhadap tingkat penyerapan tenaga kerja.

Dari data yang dianalisis dari salah satu situs pencarian kerja populer, penurunan lebih dalam apabila melihat berdasarkan jumlah lowongan pekerjaan. "Berkurang 70 persen dibandingkan bulan sebelumnya (Maret)," kata Suhariyanto dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR secara virtual, Kamis (30/4).

Baca Juga

Penurunan jumlah iklan lowongan kerja terjadi pada semua sektor. Khususnya akomodasi makanan dan minuman dari 548 iklan pada Maret menjadi hanya lima iklan pada April. Sementara itu, industri manufaktur turun lebih dalam hingga 77 persen dari 1.547 menjadi 341 iklan.

Suhariyanto mengatakan, pergerakan ini dapat menjadi indikator kondisi ketenagakerjaan di tengah pandemi. Selain itu, menjadi kunci bagi kebijakan pemerintah untuk memberikan stimulus ke sektor-sektor yang memang terdampak paling berat. "Mana-mana saja yang perlu intervensi supaya nantinya bisa terjadi recovery yang sangat cepat," tuturnya.

 

Selain jumlah lowongan kerja, Suhariyanto mengatakan, indikator ketenagakerjaan juga dapat terlihat dari jumlah pekerja yang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun dirumahkan. Hanya saja, BPS tidak melakukan analisis data tersebut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, pandemi memberikan dampak besar terhadap sektor riil dan masyarakat. Hal ini tergambarkan dengan tingkat pengangguran yang naik tinggi, sekalipun di negara maju seperti Amerika Serikat (AS).

Setidaknya 26 juta masyarakat mengeklaim benefit pengangguran dalam kurun waktu lima pekan. "Artinya, dalam satu bulan, PHK sudah luas," katanya dalam kesempatan yang sama.

Selain itu, tingkat kepercayaan diri konsumen Maret AS pun hanya 71,2 menjadi terendah sejak 2011. Di sisi lain, Sri menambahkan, retail sales bulan lalu mengalami kontraksi 6,2 persen atau terdalam sejak 2009.

Menurut data Kementerian Ketenagakerjaan per 20 April, jumlah pekerja yang terdampak Covid-19 sudah mencapai 2,08 juta pekerja dari sektor formal dan informal. Mereka berasal dari 116.370 perusahaan.

Rinciannya, jumlah pekerja formal yang dirumahkan adalah 1,3 juta orang dari 43 ribu perusahaan. Sedangkan, pekerja formal yang di-PHK cenderung lebih sedikit, yakni 241 ribu orang dari 41 ribu perusahaan. Sektor informal juga terpukul karena kehilangan 538 ribu pekerja dari 31 ribu perusahaan atau UMKM.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement