Ramadhan, Bulan Menggapai Ampunan Ilahi

Red: Hasanul Rizqa

Kamis 30 Apr 2020 16:14 WIB

(Ilustrasi) Memohon ampunan Ilahi kala bulan Ramadhan Foto: Republika/mgrol101 (Ilustrasi) Memohon ampunan Ilahi kala bulan Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di bulan suci Ramadhan ini, setiap Muslim hendaknya berupaya meraih ampunan Ilahi. Sebab, bila tidak demikian, ia akan tergolong orang yang merugi.

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Barangsiapa mendapati Ramadhan, tetapi ia tidak memperoleh pengampunan Tuhan, maka ia sungguh termasuk orang yang jauh dari (rahmat) Allah SWT."

Baca Juga

Untuk mendapat ampunan itu, orang harus melakukan tobat. Tobat berarti meninggalkan dosa-dosa, baik kecil maupun besar, disertai penyesalan yang mendalam. Tobat juga berarti kembali ke jalan yang benar atau kembali ke posisi awal, posisi di mana manusia dekat dengan Allah SWT. Secara sufistik, tobat dipandang sebagai pangkal tolak atau tangga pertama dalam perjalanan menuju Allah (al-tawbah ashl kulli maqam).

Tanpa tobat, manusia tidak bisa mendapatkan akses menuju ke jalan atau orbit Tuhan.

Menurut Ghazali, tobat melibatkan tiga aspek sekaligus, yaitu aspek pengetahuan manusia (kognisi), aspek sikap mental (afeksi), dan aspek perbuatan (behavioral). Aspek pengetahuan dalam arti kesadaran manusia tentang bahaya dan akibat-akibat buruk dari perbuatan dosa, akan mempengaruhi sikap, dan selanjutnya mempengaruhi perilaku dan perbuatannya.

Bagi Ghazali, tobat yang baik adalah tobat yang memenuhi tiga kriteria. Pertama, meninggalkan dosa-dosa (al-Iqla' an al-Dzunub). Kedua, berjanji tidak mengulangi (al-'Azm an La Ya'uda). Ketiga, menyesali diri atas dosa-dosa yang diperbuat dan atas hilangnya kesempatan dan peluang baik secara sia-sia (al-Nadam 'ala ma Fata).

Kriteria ketiga, yakni penyesalan, tampaknya menjadi kunci dari semuanya. Tanpa penyesalan yang mendalam, sukar dibayangkan seseorang akan benar-benar bertobat. Itu sebabnya, Nabi Muhammad SAW memandang bahwa penyesalan itu identik dengan tobat itu sendiri.

Orang yang benar-benar menyesal, menurut Ghazali, ditandai oleh tiga hal. Pertama, hatinya lentur dan sensitif, tidak membeku dan membatu seperti batu cadas (riqqat al-qalb). Kedua, air matanya mudah meleleh tanpa sadar (ghazarat al-dumu').

Ketiga, ia kapok dan benci pada dosa-dosa yang dahulu pernah dinikmatinya. Orang yang bertobat dengan tingkat penyesalan seperti di atas layak mendapat pengampunan dari Allah SWT.