Kamis 30 Apr 2020 15:26 WIB

BPS: Kunjungan Wisman Diperkirakan Turun 60 Persen

Dampak pandemi terhadap pariwisata sudah terlihat sejak Februari.

Rep: Adinda Pryanka/ Red: Friska Yolandha
Suasana jalan di tepian Sungai Martapura yang sepi menjelang malam di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (18/4/2020). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, pandemi virus corona baru (Covid-19) menyebabkan penurunan jumlah wisatawan mancanegara hingga 60 persen pada Maret dibandingkan tahun lalu (yoy).
Foto: Antara/Bayu Pratama S
Suasana jalan di tepian Sungai Martapura yang sepi menjelang malam di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Sabtu (18/4/2020). Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, pandemi virus corona baru (Covid-19) menyebabkan penurunan jumlah wisatawan mancanegara hingga 60 persen pada Maret dibandingkan tahun lalu (yoy).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan, pandemi virus corona baru (Covid-19) menyebabkan penurunan jumlah wisatawan mancanegara hingga 60 persen pada Maret dibandingkan tahun lalu (yoy). Tren ini lebih dalam dibandingkan Februari yang mengalami penurunan 28 persen (yoy)

Dampak pandemi terhadap pariwisata sudah terlihat sejak Februari, terutama tingkat kunjungan dari Cina. Suhariyanto mengatakan, saat itu, sumbangan wisatawan Cina nol persen atau tidak ada sama sekali. Kondisi ini berbeda sekali dengan realisasi sepanjang 2019, di mana turis Cina dapat menyumbang hingga 13 persen dari total wisatawan mancanegara ke Indonesia.

Baca Juga

"Angka resmi Maret baru rilis Senin (4/5), tapi bisa saya infokan, Maret ini nanti penurunannya jauh tajam," ujar Suhariyanto dalam rapat kerja dengan Komisi XI DPR secara virtual, Kamis (30/4).

Penurunan pariwisata berdampak ke banyak hal. Mulai dari penurunan tingkat hunian kamar hotel, penutupan tempat hiburan dan ritel. Suhariyanto mengatakan, situasi ini menyebabkan banyak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) atau kebijakan dirumahkan kepada para pekerja pariwisata.

Di sisi lain, penurunan jumlah wisatawan mancanegara turut berdampak pada pertumbuhan sektor transportasi. Pada Februari, Suhariyanto mencatat, penerbangan internasional sudah mengalami kontraksi hampir 20 persen. "Dengan adanya WFH dan pelarangan mudik, kontraksi transportasi di kuartal kedua akan semakin dalam," katanya.

Dari big data yang dimiliki BPS, terlihat penurunan signifikan jumlah penerbangan internasional. Dalam hal ini adalah penerbangan dari Bandara Soekarno Hatta dan Halim Perdanakusuma.

Suhariyanto menjelaskan, pada periode 15 Maret hingga 6 April, jumlah penerbangan Jakarta ke Singapura turun hingga 85 persen, sementara ke Malaysia mencapai 94 persen dan Hong Kong turun 60 persen. Penerbangan ke Jepang masih relatif normal pada Maret dan turun tajam sejak April.

Kondisi yang sama turut terjadi pada penerbangan domestik dari Jakarta. Penerbangan Jakarta ke Surabaya turun 67 persen, sementara tujuan Makassar kontraksi 77 persen. Penurunan lebih dalam terjadi ke Denpasar yang mencapai 86 persen. Demikian juga dengan kedatangan pesawat di Jakarta, seperti dari Medan yang turun 63 persen.

"Jadi, berbagai indiaksi ini digunakan untuk jadikan kita waspada, bahwa situasi ekonomi di kuartal kedua akan betul-betul berat sekali," ucap Suhariyanto.

Pernyataan serupa disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani. Ia mengatakan, kuartal kedua akan mengalami tekanan signifikan akibat pelaksanaan berbagai kebijakan untuk menekan tingkat penyebaran virus corona seperti Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) dan Working From Home (WFH).

Untuk kuartal pertama sendiri, Sri memproyeksikan, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih akan tumbuh relatif baik yakni 4,5 hingga 4,7 persen. "Insya Allah di atas empat itu cukup baik, sehingga bisa jaga dan kompensasi kuartal kedua yang diprediksi alami tekanan cukup dalam," katanya dalam kesempatan yang sama

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement