Rabu 29 Apr 2020 17:30 WIB

Pemerintah Italia Dianggap Apatis Terhadap Sepak Bola

Kebijakan kepada pesepak bola dianggap diskriminatif di tengah pandemi.

Rep: Reja Irfa Widodo/ Red: Gilang Akbar Prambadi
Suasana pandemi di Italia. Tim aerobatic Frecce Tricolori dari Angkatan Udara Italia terbang di atas kota Roma saat keadaan darurat karena Coronavirus Covid-19, Italia, Sabtu (25/4). Aksi itu dilakukan untuk memperingati hari Pembebasan Italia untuk mengenang berakhirnya pendudukan Nazi selama Perang Dunia II dan kemenangan Perlawanan di Italia
Foto: EPA-EFE/GIUSEPPE LAMI
Suasana pandemi di Italia. Tim aerobatic Frecce Tricolori dari Angkatan Udara Italia terbang di atas kota Roma saat keadaan darurat karena Coronavirus Covid-19, Italia, Sabtu (25/4). Aksi itu dilakukan untuk memperingati hari Pembebasan Italia untuk mengenang berakhirnya pendudukan Nazi selama Perang Dunia II dan kemenangan Perlawanan di Italia

REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC), Gabriele Gravina, menyebut, Pemerintah Italia cenderung apatis dan memiliki kepedulian besar terhadap industri sepak bola di Italia.

Hal ini terkait keputusan Pemerintah Italia untuk belum memperbolehkan pesepak bola melakukan latihan. Pemerintah Italia memang berencana secara perlahan menghapus pembatasan-pembatasan sosial selama masa karantna wilayah pada 4 Mei mendatang. Salah satunya, Pemerintah Italia memperbolehkan warga Italia untuk melakukan olahraga ringan, seperti jogging, di area publik.

Namun, kebijakan ini ternyata tidak berlaku untuk para atlet, termasuk pesepak bola. Mereka baru diperbolehkan berlatih di dalam sebuah ruang latihan secara tertutup pada 18 Mei mendatang.

Kebijakan ini sempat mendapatkan kritikan keras dari berbagai pihak, dari pemain, klub, Lega Serie A, hingga FIGC. Kebijakan ini dinilai mengganggu rencana untuk menggelar kembali Liga Italia musim ini, setidaknya pada akhir Mei atau awal Juni mendatang.

Untuk itu, Liga Serie A akan rencananya akan melakukan pertemuan pada 1 Mei guna meminta Pemerintah Italia memperbolehkan klub-klub melakukan sesi latihan pada awal Mei mendatang.

Gravina pun ikut menyesalkan langkah Pemerintah Italia tersebut. "Saya kecewa melihat dan dipaksa melawan sikap apatis dan ketidakpedulian sejumlah pihak terhadap sepak bola. Sangat menyedihkan melihat pembedaan yang dialami oleh olahraga yang diikuti 14 juta orang setiap akhir pekan, dan melibatkan lebih dari 12 sektor merchandising," kata Gravina kepada Canale Europa seperti dikutip Football Italia, Rabu (29/4).

Tidak hanya itu, Gravina juga menyebut, selain membantu menggerakan roda ekonomi, industri sepak bola di Italia juga memliki dampak sosial untuk warga Italia. Karena itu, Gravina menegaskan, sepak bola tidak bisa terus berhenti hingga 2021 atau saat vaksi untuk virus Covid-19 telah ditemukan. "Agar resikonya benar-benar hilang (terjangkit virus Covid-19), kami harus menunggu hingga vaksinnya ditemukan, atau sekitar 2021. Apakah kami benar-benar serius dengan menunda sektor, yang memiliki dampak besar pada ekonomi dan sosial buat masyarakat, ditunda begitu lama?. Demi kompetisi bisa segera berjalan, kami selalu siap mengikuti semua protokol kesehatan dari otoritas terkait," tutur Gravina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement