Rabu 29 Apr 2020 03:35 WIB

Industri Aneka Masih Tetap Lakukan Produksi di Tengah Corona

Beberapa industri aneka di Indonesia mengalami penurunan utilitas produksi.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Nidia Zuraya
 Aktivitas jual beli perlengkapan sekolah di toko alat tulis, ilustrasi. Industri alat tulis termasuk salah satu industri aneka di dalam neegri yang terdampak Covid-19.
Aktivitas jual beli perlengkapan sekolah di toko alat tulis, ilustrasi. Industri alat tulis termasuk salah satu industri aneka di dalam neegri yang terdampak Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) menyatakan, sektor industri aneka turut terimbas pandemi Covid-19. Beberapa sektor yang terdampak itu di antaranya industri alat musik, industri alat olahraga, dan industri alat tulis yang kini sedang melakukan penyesuaian bisnisnya.

“Secara umum, industri aneka masih tetap melakukan aktivitas produksi. Meski dengan melakukan beberapa penyesuaian sesuai kondisi perusahaan,” kata Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih di Jakarta, Selasa (28/4).

Baca Juga

Dari hasil pengumpulan data oleh Direktorat Jenderal IKMA Kemenperin, ditemukan beberapa industri aneka di dalam negeri mengalami penurunan utilitas produksi akibat merosotnya permintaan secara global. Selain itu, timbul kekhawatiran terhadap pemenuhan bahan baku impor, terutama dari negara-negara yang menerapkan karantina wilayah atau lockdown.

Berdasarkan informasi dari dua perusahaan alat olahraga, yaitu PT Pembina Hyose di Bogor dan PT Inkor Bola Pasific di Surabaya, keduanya kini menghentikan produksi dan meliburkan kayawan sampai situasi kondusif. Sementara perusahaan alat tulis PT AW Fiber Castle Indonesia melaporkan, pihaknya serta beberapa industri alat tulis lainnya masih tetap beroperasi.

Hanya saja operasional tersebut menyesuaikan dengan kondisi wilayah dan beberapa kebijakan dari perusahaan. Meliputi pengaturan jadwal masuk dan libur karyawan, kewajiban pemakaian masker dan penyanitasi tangan, juga pemberian vitamin kepada karyawan.

“Terjadi beberapa penurunan pemesanan karena beberapa buyer negaranya mengalami lockdown. Sebagian pengiriman dijadwalkan ulang dan sebagian dibatalkan,” kata Gati.

Ia menambahkan, kendala bahan baku sudah dirasakan sejak wabah Covid-19 terjadi di China. Hal itu membuat pasokan bahan baku demi kebutuhan ekspor produk Tanah Air tidak dapat dipenuhi.

Kemenperin mencatat, hingga 2019, tercatat sebanyak 639 perusahaan yang tergolong sektor industri aneka, baik skala menengah maupun besar. Dari jumlah tersebut, tenaga kerja yang terserap mencapai 160 ribu orang.

Adapun nilai ekspor industri aneka, mampu menembus 4,23 miliar dolar AS sepanjang 2018 dengan menunjukkan neraca positif dibandingkan nilai impornya sekitar 2,41 miliar dolar AS. Sedangkan, nilai ekspor dari industri aneka pada periode Januari sampai September 2019 mencapai 3,35 miliar dolar AS, naik dibandingkan periode sama tahun lalu yang menyentuh angka 3,04 miliar dolar AS.

Kemenperin pun mencatat, nilai investasi di sektor industri aneka dari 2014 hingga kuartal II 2019 telah menembus Rp 1,48 triliun. Menurut Gati, capaian ini menunjukkan industri aneka merupakan sektor potensial serta prospektif yang bisa terus ditumbuhkembangkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement