Rabu 29 Apr 2020 01:46 WIB

Pandemi Jadi Peluang Indonesia Tingkatkan Industri Halal

Pangan dan pertanian jadi sektor prioritas untuk dikembangkan saat pandemi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Friska Yolandha
Pandemi Covid-19 dapat menjadi peluang Indonesia untuk meningkatkan industri halal. Pangan dan pertanian menjadi sektor yang paling prioritas untuk dikembangkan di masa pandemi.
Foto: pertamina
Pandemi Covid-19 dapat menjadi peluang Indonesia untuk meningkatkan industri halal. Pangan dan pertanian menjadi sektor yang paling prioritas untuk dikembangkan di masa pandemi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 dapat menjadi peluang Indonesia untuk meningkatkan industri halal. CEO and Managing Direktor Dinar Standard, Rafiuddin Shikoh menyampaikan, Indonesia punya segala sumber daya untuk dikembangkan.

"Indonesia diberkahi dengan segala sumber daya, seharusnya bisa dikembangkan," katanya dalam Webinar Series KNEKS, Selasa (28/4).

Baca Juga

Rafiuddin menyampaikan, pangan dan pertanian menjadi sektor yang paling prioritas untuk dikembangkan di masa pandemi saat ini. Keterbatasan impor memaksa Indonesia harus memenuhi kebutuhan dari sumber lokal. Ini sekaligus menjadi kesempatan besar untuk tingkatkan produksi.

Saat bisa memenuhi kebutuhan domestik, Indonesia bisa meningkatkan kapasitas produksinya hingga level tinggi. Hingga akhirnya bisa berkembang jadi eksportir di wilayah.

 

Senior Associate Dinar Standard, Nahla Mesbah menambahkan, di masa saat ini kolaborasi antar negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) bisa terus ditingkatkan. Wabah memaksa setiap negara untuk mengubah strategi rantai pasokannya.

"Akan sangat baik jika setiap negara mencari sumber pasokan yang dekat jika produksi sendiri tidak memungkinkan," katanya.

Pangan dan pertanian jadi peluang besar karena tidak semua negara OKI kaya akan kebutuhan tersebut. Sejumlah negara OKI punya kesempatan besar untuk jadi pemasok utama, termasuk Indonesia.

Masing-masing negara dinilai perlu mengidentifikasi sektor mana yang akan jadi prioritasnya. Seperti negara Teluk yang punya prioritas di bidang energi, maka bisa kolaborasi dengan pemasok pangan dan pertanian untuk saling melengkapi.

Sebagai informasi, nilai impor negara-negara OKI pada 2018 pada sektor pangan, farmasi, dan kosmetik mencapai 264,2 miliar dolar AS. Namun sembilan dari 10 negara top eksportir kebutuhan tersebut adalah negara non-OKI.  

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement