Selasa 28 Apr 2020 17:20 WIB

Masjid-Gereja Berdampingan di Kendari Bukti Kerukunan

Kerukunan umat beragama di Kendari terjalin puluhan tahun silam.

Masjid-Gereja Berdampingan di Kendari Bukti Kerukunan. Umat muslim membaca Alquran di Masjid Zaenab Lat Jinta, Kendari, Sulawesi Tenggara.
Foto: Antara/Jojon
Masjid-Gereja Berdampingan di Kendari Bukti Kerukunan. Umat muslim membaca Alquran di Masjid Zaenab Lat Jinta, Kendari, Sulawesi Tenggara.

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Toleransi umat beragama di Sulawesi Tenggara, khususnya di Kota Kendari sejak puluhan tahun silam terus terjalin hingga saat ini. Terbukti setiap ada bangunan masjid yang berdiri di jalan juga pasti ada bangunan gereja disamping atau di hadapannnya.

Pantauan Antara, Selasa (28/4), beberapa masjid dan gereja yang berdiri kukuh dibangun para ulama dan tokoh masyarakat atas dukungan dan persetujuan pemerintah setempat hingga kini masih tetap dipertahankan. Ini membuktikan terpeliharanya kerukunan umat beragama di kota Kendari, Sultra.

Baca Juga

Masjid Da’wah Wanita dan Gereja Pantekosta Bukit Zaitun di Kelurahan Dapu-Dapura Kecamatan Kandari yang letaknya saling berdempetan. Kemudian masjid Akbar dan gereja Imanuel di Benu-Benua, Masjid Al Muqarabun dan gereja Yesus Gembala berhadapan di jalan Saranani, dan Majid Raya Al-Kautsar yang bersampingan jalan dengan geraja Et- Labora Mandonga dan masih banyak lagi.

Sejumlah rumah ibadah tersebut dibangun sejak 1950-an, masih berdiri kukuh, bahkan terus diperbarui, seiring bertambahnya jamaah melaksanakan ritual keagamaan sehari-hari. “Meski bangunan masjid dan gereja hanya terpisah tembok berjarak setengah meter, namun tidak menjadi halangan umat Muslim maupun nasrani, melaksanakan ritual ibadah sehari-hari,” ujar H Yusuf, pengurus Masjid Da’wah Wanita Kendari.

Menurut Yusuf, sejak kedua rumah ibadah itu didirikan, kegiatan keagamaan jamaah masjid dan gereja, berjalan sebagaimana biasa tanpa terbersit perasaan saling terganggu, baik di bulan suci Ramadhan maupun di hari hari besar keagamaan lainnya.

“Masyarakat Kota Jendari sangat menjunjung tinggi nilai-nilai toleransi, terutama dalam kegiatan ibadah. Meski hanya dipisahkan sekat dinding, namun kerukunan dan saling menghargai dalam menjalankan ibadah, hingga kini terus terpelihara,” ujar Pimpinan jemaat Gereja Pantekosta Bukit Zaitun Kendari, Pdt. David Agus Setiawan.

Simbol toleransi umat beragama di Kota Kendari, dengan berdirinya masjid dan gereja yang nyaris satu atap tersebut, juga diakui jamaah masjid Da’wah Wanita, H. Hasan Made Ali. “Saat itu, setiap kendala yang dihadapi dalam kegiatan kegamaan, langsung teratasi, demi menciptakan suasana harmonis. Bahkan jika kami kekurangan air untuk berwudhu, gereja dengan ikhlas menyediakan air untuk wudhu,” ujarnya.

Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama Sultra Abdul Hamid terus berharap kepada seluruh masyarakat senantiasa mempertahankan harmonisasi kerukunan umat beragama yang hingga kini masih terpelihara. "Sejauh ini, para tokoh lintas agama, juga rutin melakukan pertemuan maupun dialog, untuk menjalin keakraban demi terpeliharanya kerukunan umat beragama di Kendari,” ujarnya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement