Senin 27 Apr 2020 14:22 WIB

Cara Efektif Korsel Tekan Peningkatan Kasus Corona

Dalam kasus Korea, alat tes adalah faktor penting dalam menangani Covid-19

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
Anak-anak bermasker tengah bermain balon di Kuil Chogyesa di Korea Selatan, Jumat (24/4).
Foto: AP Photo/Ahn Young-joon
Anak-anak bermasker tengah bermain balon di Kuil Chogyesa di Korea Selatan, Jumat (24/4).

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Korea Selatan (Korsel) telah memperoleh banyak pujian atas caranya menangani wabah Covid-19 di negaranya. Pengujian masif, pelacakan, dan tindakan lainnya yang diambil Seoul dianggap efektif meratakan kurva infeksi. 

Korsel, yang awalnya merupakan salah satu pusat wabah Covid-19, mulai mencatatkan satu digit kasus infeksi saat ini. Padahal sebelumnya, ia dapat melaporkan ratusan kasus per hari. 

Dalam sebuah telekonferensi dengan George Washington University pekan lalu, Direktur Jenderal Biro Kerja Sama Internasionl Kementerian Ilmu Pengetahuan Korsel Hee-Kwon Jung memaparkan beberapa faktor kunci terkait keberhasilan negaranya menekan laju infeksi Covid-19. Mereka antara lain pengujian yang luas, perawatan eksperimental, dan pengumpulan data lanjutan.

“Dalam kasus Korea, alat tes (adalah) faktor yang sangat penting dalam cara menangani Covid-19 ini. Karena Covid-19 adalah virus yang tidak diketahui, sangat penting seberapa cepat kami mengembangkan alat tes,” kata Hee-Kwon Jung, dikutip laman Washington Times, Ahad (26/4).

Dengan menggunakan teknik kecerdasan buatan, perusahaan Korsel dapat memproduksi secara massal tes yang efektif dalam hitungan pekan. Menurut Jung, tes-tes tersebut dapat mendeteksi Covid-19 dalam hitungan detik. Hal itu memungkinkan dokter menguji ribuan pasien setiap hari dengan hasil secara real-time.

Pemerintah Korsel turut melembagakan sistem melalui aplikasi keamanan karantina. Hal itu memungkinkan warga memantau gejalanya sendiri dan mengisolasi diri jika perlu. Mereka yang dinyatakan positif diminta berbagi informasi tentang keberadaannya masing-masing baru-baru ini, dibantu pelacakan GPS ponsel dan transaksi kartu kredit.

Rincian tersebut memungkinkan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korsel mengeluarkan peringatan kepada publik tentang kemungkinan tempat pemaparan. Namun di saat bersamaan tetap menjaga identitas mereka yang terinfeksi.

Profesor dari Departement of Cancer Control and Population Health di South Korea’s National Cancer Center, Moram Ki, mengatakan para pejabat di negaranya memperoleh pelajaran keras tentang pentingnya kesiapsiagaan dalam menangani wabah. Menurut dia, setelah SARS melanda, komisioner kesehatan masyarakat memerintahkan peninjauan terhadap semua sistem seandainya wabah di masa mendatang mengancam negara itu lagi.

Ki berpendapat, perubahan-perubahan itu menggeser kapasitas sistem kesehatan nasional untuk menangani wabah dalam proporsi besar. Dia mengatakan persiapan Korsel dalam menangani virus korona tidak sempurna. Namun kapasitas yang diperluas, terutama kemampuan mengobati pasien dengan level keparahan yang berbeda di berbagai fasilitas, berkontribusi pada tingkat kematian yang rendah di Korsel, yakni berkisar dua persen.

“Saya pikir di negara lain jika tujuan mereka adalah menurunkan angka kematian kasus, pada awalnya, mereka harus menyiapkan pemisahan berdasarkan tingkat keparahan pasien,” kata Ki.

Korsel mulai mendeteksi kasus pertama Covid-19 pada awal Februari. Saat ini berita ini ditulis, negara itu memiliki 10.738 kasus dengan 243 korban jiwa. Sebanyak 8.764 pasien berhasil pulih.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement