Senin 27 Apr 2020 12:14 WIB

Meski Bisnis Dijegal AS, Huawei Rajai Pasar Teknologi 5G

Gerakan patriotisme mendukung keberlangsungan bisnis Huawei.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Perangkat Huawei untuk jaringan 5G.
Foto: ABC News
Perangkat Huawei untuk jaringan 5G.

REPUBLIKA.CO.ID, AMERIKA SERIKAT -- Bisnis Huawei tetap berjaya meski ada larangan berbisnis di Amerika Serikat (AS). Pejabat administrasi Presiden Amerika Serikat Donald Trump pernah memperingatkan aliansi AS untuk tidak menggunakan peralatan jaringan Huawei untuk jaringan 5G yang sedang mereka bangun.

AS khawatir dengan dugaan hubungan Huawei dengan pemerintah Cina. Dugaan hubungan tersebut diartikan mereka telah menanam fitur kemungkinan akses data tanpa izin secara diam-diam ke dalam produk-produknya. Termasuk peralatan jaringan yang mengumpulkan informasi tentang konsumen dan perusahaan, serta mengirimkan info itu ke China.

Baca Juga

Huawei telah berulang kali membantahnya dan tidak ada bukti yang pernah ditemukan. Sementara Australia dan Jepang mengindahkan peringatan dari Washington.  Sebaliknya, Jerman dan Inggris telah memutuskan untuk mengizinkan peralatan jaringan Huawei ke dalam jaringan 5G mereka, meskipun Inggris menjauhkan bagian Huawei dari “fungsi-fungsi sensitif”.

Seperti yang dilansir dari Phone Arena, Senin (27/4), sekalipun mungkin mencegah negara-negara menggunakan peralatan jaringan Huawei di jaringan 5G mereka, AS tidak memiliki kendali atas keputusan ini. Dengan kekuatan global yang berusaha menjadi negara pertama yang memnafaatkan kecepatan konektivitas 5G untuk membantu menciptakan teknologi dan industri baru, ada banyak hal yang dipertaruhkan.

Bloomberg melaporkan Huawei menerima sebagian besar pesanan untuk peralatan 5G di China. Sebanyak 170 miliar dolar AS akan dihabiskan untuk membangun jaringan yang dibutuhkan generasi konektivitas nirkabel berikutnya di negara tersebut.

Selama kuartal ketiga tahun lalu, gelombang patriotisme di China membantu Huawei mengambil 42,4 persen pengiriman ponsel domestik yang luar biasa. Sementara itu, Vivo memiliki kue sebanyak 17,9 persen. Tahun ini Huawei mengandalkan operator di China untuk menghadiahkan kontrak besar untuk memasok mereka dengan peralatan jaringan 5G.

Penyedia nirkabel terbesar di negara itu, China Mobile telah memberi Huawei kontrak semacam itu sebanyak  4 miliar dolar AS sejak awal tahun ini, mengalahkan pesaing seperti ZTE dan Ericsson. Beberapa penghargaan ini bisa jadi karena teknologi Huawei dapat menawarkan persyaratan pembiayaan yang murah kepada pelanggan. Ini diduga karena koneksi yang dimiliki perusahaan dengan Bank of Cina.

Menjadi pemimpin 5G global dinilai penting bagi China dan AS. Dalam pertemuan dengan para pejabat seniornya Mei tahun lalu, Presiden Cina Xi Jinping mengatakan menjadi pemimpin 5G akan membantu negara memulai kembali ekonomi mereka yang lesu.

Cina mengharapkan menghabiskan 169,4 miliar dolar AS pada jaringan 5G selama lima tahun ke depan yang akan menciptakan tiga juta lapangan kerja baru. Menurut analis telekomunikasi IDC Cui Kai, pengeluaran pada teknologi tidak akan memuncak sampai 2022 atau 2023.

Dari 5,2 miliar dolar AS dalam kontrak 5G yang diberikan Cina Mobile kepada perusahaan peralatan jaringan, Huawei mengumpulkan sekitar 58 persen dari total kontrak.

Berikutnya adalah ZTE yang menerima 1,51 miliar atau 29 persen dari total. Ericsson berada di urutan ketiga dengan 579 juta dolar AS dalam kontrak yang berjumlah 11,1 persen dari pesanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement