Senin 27 Apr 2020 04:31 WIB

Mentan Ungkap Tiga Skenario Kecukupan Beras Nasional

Perkiraan panen dipantau lewat satelit, dihitung BPS dan pemantauan langsung

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Hiru Muhammad
Kementerian Pertanian (Kementan) yang dikomandoi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) berupaya meningkatkan investasi pertanian melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).
Foto: Dok. Kementan
Kementerian Pertanian (Kementan) yang dikomandoi Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) berupaya meningkatkan investasi pertanian melalui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengungkapkan tiga skenario perkiraan kecukupan beras nasional hingga bulan Mei 2020 mendatang. Tiga skenario prediksi kecukupan beras yang dipetakan Kementan yakni optimis, moderat, dan pesimis.

"Kita melihat seperti apa existing lahan pertanian yang menghasilkan beras dan bagaimana situasi proses distribusi hingga ke pasar dan menjadi konsumsi rakyat," kata Syahrul dalam konferensi pers Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, Ahad (26/4).

Syahrul mengatakan, skenario pertama yakni optimistis. Stok beras yang tersisa pada akhir pada Februari 2020 secara nasional sebanyak 3,5 juta ton. Adapun, perkiraan produksi gabah setara beras selama periode Februari-Mei 2020 dari para petani sebanyak 12,4 juta ton lebih sehingga total stok beras lebih dari 15 juta ton.

Konsumsi masyarakat pada periode yang sama diperkirakan sebesar 7,6 juta ton. Jika dikalkulasikan, maka hingga akhir Mei 2020 masih terdapat sisa stok yang menjadi persediaan beras nasional sekitar 8 juta ton."Itu kalau kita pakai pendekatan optimis," kata Syahrul.

Adapun secara moderat, dari persediaan Februari 2020 sebanyak 3,5 juta ton, angka optimis produksi dikurangi 4 persen sehingga hanya 11 juta ton. Sementara, perkiraan kebutuhan dinaikkan menjadi 8 juta ton. Hasil neraca masih tersisa stok sekitar 7 juta ton.

Skenario terakhir yakni pemisimis. Syahrul menjelaskan, dari stok awal 3,5 juta ton, produksi diperkirakan mencapai 11 juta ton sedangkan konsumsi melonjak menjadi 8,3 juta ton. "Skenario pesimis,  masih tersedia beras sekitar 6 juta ton sampai akhir Mei 2020. Kalau begitu, selama bulan puasa dan idul fitrik masih cukup terkendali," kata Syahrul.

Ia menegaskan, data-data tersebut sudah divalidasi langsung ke lapangan. Perkirakan panen terus dipantau melalui teknologi citra satelit dan dihitung  Badan Pusat Statistik. Sementara, Kementerian Pertanian melakukan pemantauan langsung ke 400 kabupaten kota yang terdapat potensi panen.

Syahrul berharap data-data gabah dan beras yang dipegang  Kementan bisa menjadi data objektif yang bisa dipertanggungjawabkan. Namun, ia tak menampik bahwa Kementan bertanggung jawab atas 11 kebutuhan pangan pokok dan bukan hanya beras. Selain beras masih ada bawang putih, bawang merah, cabai besar, cabai rawit, daging sapi/kerbau, daging ayam, telur ayam, gula pasir, dan minyak goreng.

Ia menjamin dari neraca pangan nasional yang dimiliki pemerintah, seluruhnya dalam kondisi yang cukup dan terkendali. "Kita sudah kerja sama dengan BPS, ternyata neraca ini oke dan bisa menjadi referensi. Insya Allah, Kementan sangat yakin dengan stok pangan nasional. Kita harus yakin," katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement