Ahad 26 Apr 2020 19:18 WIB

Salah Identifikasi, Pasien Covid-19 Ternyata Hidup

Ekuador telah mencatat hampir 23.000 kasus Covid-19 dan 576 kematian.

Petugas mengenakan pakaian hazmat mengangkut peti mati yang ditinggalkan di luar rumah di Guayaquil, Ekuador, Senin (6/4). Guayaquil, kota yang biasanya ramai yang telah menjadi titik panas di Amerika Latin sebagai coronavirus pandemi menyebar, memiliki jumlah yang tak terhitung meninggal akibat penyakit yang tidak berhubungan yang tidak dapat diobati karena rumah sakit kewalahan
Foto: AP
Petugas mengenakan pakaian hazmat mengangkut peti mati yang ditinggalkan di luar rumah di Guayaquil, Ekuador, Senin (6/4). Guayaquil, kota yang biasanya ramai yang telah menjadi titik panas di Amerika Latin sebagai coronavirus pandemi menyebar, memiliki jumlah yang tak terhitung meninggal akibat penyakit yang tidak berhubungan yang tidak dapat diobati karena rumah sakit kewalahan

REPUBLIKA.CO.ID, GUAYAQUIL -- Seorang perempuan Ekuador yang tinggal di Kota Guayaquil yang dilanda virus corona, kaget begitu mengetahui bahwa saudara perempuannya masih hidup. Kabar tersebut baru ia ketahui berminggu-minggu setelah dia mengkremasi jasad yang salah diidentifikasi otoritas kesehatan sebagai kematian saudarinya.

Alba Maruri (74) berada di unit perawatan intensif pada 27 Maret karena demam tinggi dan kesulitan bernapas. Seorang petugas kesehatan memberitahu keluarganya bahwa dia telah meninggal dunia, kata saudara perempuan Maruri, Aura, melalui telepon.

Baca Juga

Seminggu kemudian, otoritas kesehatan menyerahkan jasad yang diketahui sebagai Maruri ke pihak keluarga. Namun, pada Jumat (24/4), petugas kesehatan kembali ke rumah keluarga Maruri di Guayaquil, pusat wabah Covid-19 di Ekuador.

"Sebuah ambulans datang dengan seorang dokter, psikiater, dan pekerja sosial. Mereka meminta maaf dan berkata kepada kami 'saudarimu masih hidup'," kata Aura Maruri.

"Kami sangat terkejut. Ini adalah keajaiban Tuhan."

Maruri diduga mengidap Covid-19, penyakit pernapasan yang disebabkan oleh virus corona baru, tetapi tidak pernah didiagnosis mengidapnya karena ia tidak dites. Keluarganya tidak dapat mengunjunginya sampai Sabtu (25/4) karena pemberlakuan jam malam untuk mencegah penyebaran penyakit yang berkelanjutan.

Aura Maruri mengatakan dia tidak tahu apa yang harus dilakukan dengan peti logam berisi abu jenazah yang salah diberikan kepada keluarganya. "Saya tidak bisa tidur karena khawatir mereka akan membawanya (abu) ke kontainer-kontainer itu untuk orang mati," kata Maruri, merujuk pada kontainer berpendingin yang dibuat sebagai kamar mayat ketika pandemi menyebar melalui Guayaquil.

"Ada kegagalan di rumah sakit," ujar dia.

Insiden ini menegaskan kesulitan yang dihadapi Ekuador, di mana pandemi virus corona telah membuat kewalahan sistem kesehatan dan menyebabkan pekerja sanitasi berjuang untuk mengumpulkan dan mengidentifikasi jumlah mayat yang terus bertambah.

Reuters tidak dapat segera mendapatkan komentar dari Alba Maruri atau dari Rumah Sakit Abel Gilbert Ponton, di mana dia masih dirawat tetapi tidak lagi dalam perawatan intensif.

Menteri Kesehatan Juan Carlos Zevallos mengatakan kepada wartawan bahwa kasus itu sedang diselidiki, dan menambahkan bahwa otoritas kesehatan menjamin identifikasi mayat dan bahwa rumah sakit melacak orang yang meninggal.

Ekuador telah mencatat hampir 23.000 kasus virus korona, 576 kematian, dan 1.060 orang lainnya yang diduga telah meninggal karenanya. Tetapi pemerintah mengakui bahwa jumlah total kematian selama pandemi jauh lebih tinggi dari biasanya, dan banyak yang telah meninggal sebelum diuji.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement