Ahad 26 Apr 2020 11:14 WIB

Mengenang Khutbah Khulafaur Rasyidin

Umar membahas tentang menyeru kebajikan dan mencegah kemunkaran

Ilustrasi Khalifah Umar memasuki Jerusalem pada abad ke 7 Masehi.
Foto: Google.com
Ilustrasi Khalifah Umar memasuki Jerusalem pada abad ke 7 Masehi.

REPUBLIKA.CO.ID, Setelah dibaiat sebagai khalifah pertama,  Abu Bakar as-Shiddiq menunjukkan kualitasnya sebagai sahabat terdekat Nabi SAW tersebut. Abu Bakar menyampaikan khutbahnya yang dikenang sebagai khutbah pemimpin amanah. 

Abu Bakar berkata, “.. Sesungguhnya aku telah diangkat menjadi pemimpin kalian, Padahal aku bukanlah orang terbaik diantara kalian. Jika (dalam tugas nanti) aku melaksanakannya dengan baik, bantulah aku. Namun, jika (dalam tugas nanti) aku melakukan kekurangan dan kesalahan, benahilah kekurangan dan kesalahanku.  Kejujuran adalah amanah sedangkan kebohongan adalah pengkhianatan…”  seperti dikutip dalam buku Khutbah, Nasihat dan Wasiat Penting al Khulafa’ ar-Rasyidin karya Thaha Abdullah al-‘Afifi.

Bagaimana dengan Umar? Khalifah yang mampu membentangkan wilayah kekuasaan Islam terbentang dari hijaz hingga Mesir ini dikenal cerdas dan tegas. Dalam salah satu khutbahnya, Umar membahas tentang menyeru kebajikan dan mencegah kemunkaran. Ketika itu, Umar meminta kaum Muslimin mengambil pelajaran dari  seseorang diantara satu rombongan penumpang kapal coba membocorkan kapal tersebut. Jika yang lain mencegahnya untuk melubangi kapal itu, mereka akan selamat. Jika terlambat, maka mereka akan binasa. 

Saat banyak fitnah terjadi pada masa kekhalifahan Utsman bin Affan, sahabat Nabi yang dermawan itu pun menyampaikan khutbah untuk melawan fitnah. Salah satunya ketika banyak orang mulai mencemooh dia. “.. Demi Allah jika ada seorang hamba sahaya membantahku dan menunjukkan kebenaran kepadaku, maka aku akan mengikuti hamba sahaya tersebut dan aku akan merendahkan diri seperti seorang hamba sahaya merendahkan diri. Dan, aku akan menjadi seperti hamba sahaya. Jika dimiliki oleh seseorang, ia akan bersabar dan jika dibebaskan maka dia akan bersyukur..” 

 

Ali menyampaikan khutbah dengan kata-kata mutiara. Nasihatnya memiliki makna yang dalam. Kata Ali, waktu akan berjalan melewati yang tersisa sebagaimana ia melewati masa-masa yang telah lewat. Waktu yang telah terlewati tidak akan kembali lagi. Apa saja yang dilingkupi dimensi waktu tidak ada yang kekal. Orang yang melakukan kebajikan saat ini sama dengan orang yang melakukan kebaikan pada masa lalu. Waktu berjalan dan terus mengejar. Hari akhir menggiring kalian untuk menemuinya.   

Penulis menyertakan 20 khutbah setiap sahabat berikut dengan nasihat dan wasiatnya. Penulis berharap buku ini bisa memudahkan para mubaligh untuk mendapatkan hikmah yang selama ini mereka cari. Lewat buku ini, penulis juga menginginkan para dai bisa memantapkan jati dirinya di tengah-tengah dunia dakwah sehingga mampu melaksanakan tugasnya dengan optimal dan penuh keikhlasan. 

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement