Jumat 24 Apr 2020 17:42 WIB

Penderita Wabah Penyakit Bertambah Usai Ibadah Berjamaah

Angka kematian wabah penyakit melonjak tajam usai ibadah berjamaah.

Rep: Muhyiddin/ Red: Muhammad Hafil
Penderita Wabah Penyakit Bertambah Usai Ibadah Berjamaah. Foto: Umat Islam yang meninggal karena wabah penyakit thaun (Ilustrasi).
Foto: Dok Republika.co.id
Penderita Wabah Penyakit Bertambah Usai Ibadah Berjamaah. Foto: Umat Islam yang meninggal karena wabah penyakit thaun (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 749 Hijriah, terjadi wabah penyakit thaun di Damaskus. Dan, terjadi peningkatan jumlah orang yang meninggal akibat wabah itu.

Ulama terkemuka abad pertengahan, al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani (1372- 1449) menulis kitab berjudul Badzlu al Maun Fi Fadhli al Thaun. Akademisi UIN Syarif Hidayatullah yang juga filolog Prof Oman Fathurahman menjelaskan, kitab yang membahas tentang wabah thaun itu salah satunya menyinggung soal kritik terhadap praktik doa bersama menolak wabah.

Baca Juga

Menurut Kang Oman, Ibnu Hajar mengritik ritual doa bersama yang dilakukan oleh warga Damaskus ketika thaun mewabah di sana pada tahun 749 Hijriah. Sebagai ahli sunnah Rasulullah SAW, al-Asqalani menegaskan praktik keagamaan semacam itu pada saat terjadinya wabah adalah perbuatan bidah. Mengutip al-Manbaji (wafat 785), ia juga memberikan contoh betapa fatalnya membiarkan kerumunan saat wabah menyeruak.

Di jantung negeri Suriah itu, para pembesar mengajak seluruh masyarakat untuk sama-sama keluar dari rumah masing-masing dan menuju tanah lapang. Di sanalah mereka semua bermunajat dan melakukan istighasah bersama.

Praktik ini mirip dengan prosesi sholat minta hujan (istisqa'). Sependapat dengan al-Manbaji, Ibnu Hajar al-Asqalani pun mengingkari perkumpulan massa ini. Faktanya, menurut laporan yang ada, jumlah penderita tha'un pun meningkat tajam usai acara doa bersama tersebut.

Ibnu Hajar al-Asqalani juga menuturkan kasus di Mesir pada 27 Rabi'ul Akhir 833 H. Mulanya, di tengah situasi wabah jumlah penderita yang wafat tidak sampai 40 orang. Waktu itu, Muslimin setempat banyak yang mengamalkan puasa sunnah di rumah masing-masing. Namun, para tokoh kemudian menyerukan warga pada tanggal 4 Jumadal Awal untuk sama-sama menuju tanah lapang.

Di sana, menurut Kang Oman, mereka berkumpul untuk melaksanakan doa bersama. Setelah itu, lanjut al-Asqa lani, angka kematian akibat wabah melonjak tajam. Bahkan, dilaporkan lebih dari seribu orang yang wafat setiap harinya.

"Dalam bahasa sekarang, lonjakan ini lantaran diabaikannya anjuran untuk social distancing sementara waktu hingga wabah mereda," kata Kang Oman.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement