Rabu 22 Apr 2020 17:42 WIB

DMI: Hadirkan Suara Kesyahduan dari Masjid

Pengurus masjid diharapkan menghadirkan kesyahduan lewat pengeras suara.

Rep: Fuji E Permana/ Red: Muhammad Hafil
DMI:  Hadirkan Suara Kesyahduan dari Masjid. Foto: Ilustrasi Ramadhan
Foto: Pixabay
DMI: Hadirkan Suara Kesyahduan dari Masjid. Foto: Ilustrasi Ramadhan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dewan Masjid Indonesia (DMI) mengimbau para pengurus masjid untuk tetap menghadirkan suara kesyahduan atau kekhidmatan dari masjid selama Ramadhan. Meski masyarakat tetap menjaga jarak fisik dan jarak sosial serta tidak melaksanakan sholat berjamaah di masjid.

"Para seluruh dewan kerukunan masjid (DKM), takmir masjid, marbot masjid dan pengurus masjid di berbagai tingkat di seluruh Indonesia hadirkan kesyahduan dan kekhidmatan suara masjid di tengah suasana keprihatinan ini melalui pengeras suara masjid," kata Wakil Ketua Umum DMI, Syafruddin kepada Republika di kantor DMI Pusat, Rabu (22/4).

Baca Juga

Syafruddin mengatakan, suara kesyahduan tersebut sebaiknya yang bersifat seruan untuk membantu satu sama lain, menghadirkan rasa kebersamaan antar umat, dan kekhusuan menjalankan ibadah puasa. Bisa juga menyampaikan seruan dari masjid agar masyarakat tetap menjaga jarak fisik, jarak sosial, memakai masker, dan mencuci tangan.

Mantan Wakil Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Wakapolri) ini mengimbau DKM dan pengurus masjid agar tetap menggunakan masjid untuk menghimpun dan mendistribusikan zakat mal, zakat fitrah serta donasi. Menurutnya, kegiatan sosial bisa dilakukan di masjid sementara ibadah dilakukan di rumah dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan.

"Bahkan masjid bisa menjadi penampungan logistik atau pusat logistik. Sekaligus bisa menjadi dapur umum bagi kepentingan umat selama bulan suci Ramadhan," ujarnya.

Masjid Untuk Kegiatan Sosial

Syafruddin mengatakan, manakala penyebaran Covid-19 terus berkembang, orang yang sakit dan meninggal terus bertambah. Masyarakat mematuhi peraturan pemerintah yang sudah disepakati bersama seluruh rakyat Indonesia. Yakni tinggal di rumah, menjaga jarak fisik dan sosial.

Tentu akan banyak lahan pekerjaan yang tertutup dan persediaan logistik akan terbatas atau bahkan kekurangan. Karena itu DMI menyarankan agar masjid dijadikan tempat penampungan dan pendistribusian logistik. Karena ada sekitar 800 ribu sampai 900 ribu masjid yang tersebar di berbagai daerah dan pelosok Indonesia.

"Sekarang penyakit ini sudah sampai ke desa-desa, akibat pergerakan manusia dari kota ke desa-desa, walau mudik dilarang tapi sudah ada banyak yang mudik," jelasnya.

Ia menjelaskan, sekarang buktinya sekitar 60 persen sampai 70 persen kabupaten/ kota sudah terpapar virus corona. Maka tidak menutup kemungkinan wabah ini akan terus menyebar ke desa-desa.

Untuk itu, masjid-masjid siap membantu pemerintah dan lembaga yang akan mendistribusikan bantuan berupa sembako atau makanan siap saji. Karena kalau disalurkan ke kelurahan hanya akan ada satu titik pendistribusian bantuan di satu desa yang luas. Tapi bila disalurkan ke masjid-masjid karena di satu desa ada beberapa masjid di dusun-dusun, maka masyarakat tidak akan berkumpul di satu titik saja.

"Masjid tempat orang-orang bertakwa, berperilaku adil, ikhlas, kepercayaan masyarakat manakala masjid mengelola ini semua akan sangat perca, saya tidak membandingkan dengan yang lain, tapi kalau masjid pasti orang percaya karena di sana tempat berkumpulnya orang bisa dipercaya," jelasnya.

Syafruddin juga menyampaikan, remaja masjid siap membantu pemerintah dan lembaga apapun untuk menyalurkan bantuan dari masjid-masjid. Daripada mencari dan membayar tenaga relawan, lebih baik menggunakan tenaga remaja masjid yang jumlahnya 1,8 juta jiwa tersebar di berbagai daerah.

"Tidak perlu direkrut lagi, tak perlu digaji dan dibiayai lagi karena mereka siap dengan tenaga dan pikiran," kata Wakil Ketua Umum DMI ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement