Rabu 22 Apr 2020 15:39 WIB

Dua Tokoh Ulama Jabar Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

Wajar kalau para kiai, para ulama, diberikan penghargaan sebagai pahlawan nasional

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Andi Nur Aminah
Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum di Kabupaten Ciamis, Senin (17/2).
Foto: Republika/Bayu Adji P
Wagub Jabar Uu Ruzhanul Ulum di Kabupaten Ciamis, Senin (17/2).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Wakil Gubernur (Wagub) Jawa Barat (Jabar) Uu Ruzhanul Ulum membuka Seminar Pengusulan Alm KH Muhyiddin dan Pengusulan Ulang Alm Prof KH Anwar Musaddad sebagai Pahlawan Nasional lewat video conference di Gedung Sate, Kota Bandung, Rabu (22/4). "Saya secara pribadi sangat mendukung dan mengapresiasi tokoh-tokoh besar apalagi dari komunitas pesantren dari kalangan kiai untuk diberi gelar pahlawan nasional," ujar Uu.

Menurut Uu, pengusulan kedua tokoh tersebut sebagai pahlawan nasional merupakan bentuk pengakuan dan apresiasi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar atas jasa dan karya mereka. Ia juga mengatakan, para ulama punya peranan penting dalam pembangunan manusia. "(Mereka) bisa membangkitkan semangat para pejuang di masa perjuangan dahulu. Wajar kalau para kiai, para ulama, diberikan penghargaan, yaitu label pahlawan nasional," katanya.

Baca Juga

Uu berharap, ada tokoh-tokoh asal Jabar yang mendapatkan penghargaan atas jasa dan perjuangannya. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah kabupaten/kota untuk berperan aktif mengusulkan tokoh daerah menjadi pahlawan nasional.

Sementara itu, Ketua Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Daerah (TP2GD) Daud Achmad mengatakan, seminar dilaksanakan sebagai salah satu prasyarat agar seorang tokoh bisa diusulkan untuk mendapat gelar pahlawan nasional.

"Di tengah pandemi Covid-19 dengan mengikuti anjuran //physical distancing, Seminar Nasional Pengusulan Pahlawan Nasional asal Jawa Barat, KH Muhyiddin dari Kab Subang dan KH Anwar Musaddad dari Kabupaten Garut, dilaksanakan dengan //video conference," papar Daud.

KH Anwar Musaddad sendiri adalah pejuang kemerdekaan asal Garut, pendiri sekaligus rektor pertama Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Jati Bandung. Anwar Musaddad juga pendiri pondok pesantren dan yayasan pendidikan Al Musaddadiyah Garut. Sedangkan, KH Muhyiddin merupakan salah seorang ulama ternama asal Jawa Barat yang pada era penjajahan Belanda terlibat dalam perjuangan merintis, mempertahankan, dan mengisi kemerdekaan. Beliau juga telah mendirikan delapan pesantren yang tersebar di Subang, Purwakarta, dan Sumedang.

Menurut Daud, maksud dan tujuan (seminar) adalah memenuhi salah satu persyaratan calon pahlawan nasional, maka harus diselenggarakan seminar nasional yang dihadiri unsur Kemensos. "Inilah bentuk penghargaan pemerintah Jabar atas jasa dan perjuangan Kh. Muhyiddin dan Kh. Anwar Musaddad dalam memperjuangkan kemerdekaan melibatkan unsur ulama dan pesantren," katanya.

Guru Besar Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Nina Herlina Lubis, yang ikut dalam seminar tersebut, mengatakan bahwa KH Muhyiddin ikut berjuang mempertahankan kemerdekaan. "Tidak hanya bergabung dengan Hizbullah, KH Muhyiddin pun menjadikan pesantren Pagelaran I (Tanjung Siang) sebagai markas pelatihan dan penggemblengan mental bagi para pejuang Hizbullah," kata Nina.

Pada masa penjajahan Belanda, KH Muhyiddin juga dikenal memimpin para pejuang untuk menyerang garis pertahanan Sekutu di Bandung Utara.  "Dengan banyaknya catatan sejarah, seminar dan kajian para sejarawan bisa mengangkat KH Muhyiddin sebagai pahlawan nasional dari kalangan ulama," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement