Rabu 22 Apr 2020 11:07 WIB

Kementan Minta Petani Milenial Ikut Tangani Disparitas Harga

Disparitas harga kerap terjadi dan menganggu stabiltas pasokan komoditas pangan.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Sayuran dan buah produk hortikultura (ilustrasi)
Foto: distan.pemda-diy.go.id
Sayuran dan buah produk hortikultura (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian meminta kontribusi dan peran dari para petani milenial maupun pelaku usaha yang berkecimpung dalam start up pertanian untuk ikut membantu memecahkan masalah disparitas harga. Pasalnya, persoalan disparitas kerap terjadi dan menganggu stabiltas supply dan demand suatu komoditas pangan.

Sekretaris Jenderal Kementan, Momon Rusmono, mengatakan, saat ini banyak terjadi kasus tingginya disparitas harga antara di hulu dan hilir. Dengan kata lain, produksi bisa dicapai dalam volume besar namun harga di pasar tetap tinggi.

Baca Juga

"Kita harus jaga keseimbangan supply demand supaya stabilisasi harga terjaga. Banyak kasus, di mana produksi melimpah tapi harga naik," kata Momon dalam sebuah diskusi virtual, Rabu (22/4).

Momon mencontohkan, seperti yang terjadi pada bawang merah. Harga di tingkat produsen, seperti di sentra Brebes, Jawa Tengah misalnya masih sekitar Rp 26-28 ribu per kilogram. Namun, harga di Jakarta mencapai Rp 52 ribu per kilogram.

Komoditas lain yakni daging ayam. Momon mengatakan, harga di tingkat peternak mandiri anjlok hingga Rp 10 ribu per kilogram. Akan tetapi, ayam karkas di pasar tradisional masih dihargai lebih dari Rp 30 ribu per kilogram.

"Demikian juga beras. Data prediksi produksi kita bulan April-Mei 2020 sekitar 11-12 juta ton. Tapi, kenapa di pasar harga cenderung meningkat? Ini pekerjaan kita bersama," kata Momon.

Ia menegaskan, seluruh masyarakat membutuhkan pangan. Namun, juga butuh stabilitas harga dan akses pangan yang terjangkau dengan mudah. Adanya disparitas harga yang tinggi membutuhkan solusi tepat dan diharapkan bisa dipecahkan oleh para generasi milenial.

"Ini peran petani milenial yang kita tunggu. Begitu pula dengan start up yang pasti bisa mengatasi masalah ini," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement