Rabu 22 Apr 2020 09:00 WIB

Adab-Adab yang Harus Diperhatikan Selama di Masjidil Haram

Ada sejumlah adab utama selama beribadah di Masjidil Haram.

 Ada sejumlah adab utama selama beribadah di Masjidil Haram. Ilustrasi jamaah haji di Masjidil Haram.
Foto: Republika/Syahruddin El-Fikri
Ada sejumlah adab utama selama beribadah di Masjidil Haram. Ilustrasi jamaah haji di Masjidil Haram.

REPUBLIKA.CO.ID, Umumnya calhaj Indonesia telah mendapat bimbingan saat mereka mengikuti manasik di kabupaten/kota masing-masing. Misalnya, tentang berdoa ketika naik kendaraan, memasuki Kota Makkah dan Kota Madinah, memasuki Masjidil Haram, dan saat melihat Ka'bah/Baitullah. Juga, berdoa ketika memasuki Masjid Nabawi dan berziarah ke makam Rasulullah SAW dan seterusnya. 

Namun, kenyataannya, berdasar pengalaman, masih banyak calhaj Indonesia yang seolah-olah tidak menyadari bahwa dirinya tamu Allah. Hal tersebut boleh jadi karena mereka belum mendapatkan penjelasan yang memadai saat mengikuti manasik dan/atau pembimbingan dari KBIH (kelompok bimbingan ibadah haji).

Baca Juga

Pertama, banyak jamaah perempuan yang menempati shaf sholat jamaah laki-laki. Padahal, di Masjidil Haram sekali pun, sebaiknya jamaah perempuan dan jamaah laki-laki itu terpisah tempatnya, terutama pada saat sholat berjamaah.

Kedua, banyak jamaah yang memaksakan diri, dahulu-mendahului saat tawaf dan/atau saat sai. Tidak jarang terjadi desak-desakan dan sikut-sikutan. Lebih jauh, banyak jamaah yang memaksakan diri untuk mencium Hajar Aswad. Padahal, hukum menciumnya adalah sunnah.

Ketiga, banyak jamaah dengan seenaknya masuk Masjidil Haram dan Masjid Nabawi tanpa "mematikan" telepon selularnya. Padahal, di sekitar dua masjid tersebut sudah ada tulisan berjalan (running text) yang mengingatkan jamaah untuk "mematikan" telepon selular.

Keempat, banyak jamaah yang memotret aktivitasnya saat berada di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Bahkan, banyak jamaah yang "berani" memotret saat imam sudah memulai sholat berjamaah.

Kelima, banyak jamaah yang ketika sedang berada di Tanah Suci perilakunya tetap tidak berubah, persis seperti kebiasaannya di Tanah Air. Misalnya, ngobrol ngalor-ngidul tanpa kontrol. Berkaca pada pengalaman musim haji sebelumnya, kita harus terus belajar menjadi tamu Allah yang beretika 

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement