Rabu 22 Apr 2020 00:10 WIB

Ada Pengkhianat di Arsenal, Mesut Ozil Jadi Tumbal

Mesut Ozil hanya tidak ingin terburu-buru membuat keputusan potong gaji.

Mesut Ozil menolak kebijakan Arsenal terkait pemotongan gaji pemain.
Foto: AP
Mesut Ozil menolak kebijakan Arsenal terkait pemotongan gaji pemain.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Mesut Ozil, pemain Arsenal asal Jerman, kini menjadi bulan-bulanan hujatan publik sebagai sosok yang pelit. Sebuah laporan bocor dan menuding gelandang Muslim berdarah Turki itu menolak dipotong gajinya demi membantu klub keluar dari masa krisis akibat dampak wabah virus corona.

Tidak seperti kebanyakan orang yang menuding Ozil tidak punya rasa kebersamaan, Ally McCoist sebaliknya justru berdiri membela Mesut Oezil. Rapat pembahasan pemotongan gaji antara klub dan pemain semestinya urusan internal Arsenal dan tidak boleh bocor. Jika pembicaraan tersebut bocor ke publik, menurut McCoist, ada yang sengaja membocorkannya untuk menjelek-jelekkan Oezil.

"Ini sudah rusak. Seseorang di ruang ganti Arsenal sengaja merusak reputasi Ozil," kata McCoist, mantan striker Rangers era 1980-an, kepada TalkSPORT.com.

Mantan striker timnas Skotlandia ini mengatakan, kasus tersebut membuktikan betapa buruknya suasana ruang ganti Arsenal. Sebagai sesama pemain the Gunners, mereka seharusnya saling menjaga nama baik rekan setimnya.

"Ini menunjukkan kepada Anda soal kualitas rekan setim yang selama ini dihadapi Mesut Oezil," kata McCoist. "Sebab, ia secara terang-terangan dijadikan tumbal oleh rekan setimnya. Mesut Ozil berada di ruang ganti pemain di mana ada seseorang yang benar-benar ingin merusak dirinya."

"Saya pikir masalah ini menunjukkan lebih banyak hal tentang apa yang sebenarnya sedang terjadi di dalam ruang ganti Arsenal. Terbayangkah cerita ini terjadi di ruang ganti Liverpool atau Manchester City tentang salah satu pemain mereka?" katanya. "Saya kira tidak. Karena, mereka (Liverpool dan City) merupakan tim yang solid."

Arsenal resmi mengeluarkan kebijakan pemotongan gaji pemain dan pelatih guna mengatasi krisis klub akibat terdampak wabah corona. Namun, ada tiga pemain yang menolak kebijakan klub asal London tersebut. Salah satunya Oezil yang tercatat sebagai pemain Arsenal dengan pendapat tertinggi, yakni sebesar 350 ribu pound sterling (Rp 6,7 miliar) per pekan.

Arsenal akan memotong gaji pemain sebesar 12,5 persen selama 12 bulan hingga Maret tahun depan ketika wabah virus corona benar-benar hilang. Namun, kebijakan tersebut bisa tidak jadi dan pemain dapat gaji penuh jika Arsenal berhasil lolos ke Liga Champions musim depan. Bahkan, pemain akan mendapat bonus masing-masing sebesar 100 ribu pound sterling.

Jika hanya lolos Liga Europa, pemain mendapat kembali sebesar 7,5 persen potongan gajinya. Jika lolos Eropa, mereka tetap akan menerima potongan gaji sebesar 12,5 persen. Pemain yang akhirnya dijual klub akan mendapat sepenuhnya bayaran yang sebelumnya dipotong.

McCoist tidak hanya mempersoalkan bocornya laporan yang telah menyudutkan Ozil sebagai pemain yang pelit. Lebih dari itu, fakta yang terjadi sesungguhnya bukan seperti itu.

McCoist mendapat kabar bahwa Oezil sebenarnya bukan tidak ingin dipotong gajinya demi membantu klub bangkit dari krisis. Dia hanya tidak ingin terburu-buru membuat keputusan sebelum melihat dampak langsung corona terhadap keuangan klub.

Agen Oezil, Erkut Sogut, secara tidak langsung ikut mengaminkan. Dari segi finansial, menurut Sogut, saat ini Arsenal tetap menghasilkan keuntungan seperti tahun lalu. "Dampak finansial tidak terlihat pada hari ini, tetapi dalam tiga hingga enam bulan ke depan," ujar sang agen.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement