Selasa 21 Apr 2020 17:01 WIB

Tafsir Atas Hadits Rasulullah SAW Soal Para Pembocor Perahu

Rasulullah SAW memberikan perumpamaan para pembocor perahu.

Rasulullah SAW memberikan perumpamaan para pembocor perahu. Ilustrasi kapal nelayan.
Foto: ANTARA/Rahmad
Rasulullah SAW memberikan perumpamaan para pembocor perahu. Ilustrasi kapal nelayan.

REPUBLIKA.CO.ID, Rasulullah SAW memberikan peringatan kepada umat Islam dengan memberikan perumpamaan sebuah perahu dengan para penumpangnya.

Dalam kitab Riyadhus Shalihin karya Imam Nawawi, di bab "Memerintahkan pada Kebaikan dan Melarang dari Kemungkaran" terdapat sebuah hadis dari An Nu'man bin Baysir yang dia berkata, Nabi SAW bersabda,"Kemungkaran adalah bagaikan suatu kaum yang berundi dalam sebuah perahu. Nantinya, ada sebagian berada di bagian atas dan sebagiannya lagi di bagian bawah perahu tersebut. Yang berada di bagian bawah ketika ingin mengambil air, tentu dia harus melewati orang-orang di atasnya. Mereka berkata, "Andai kata kita membuat lubang saja sehingga tidak mengganggu orang yang berada di atas kita."Seandainya yang berada di bagian atas membiarkan orang-orang bawah menuruti kehendaknya, niscaya semuanya akan binasa. Namun, jika orang bagian atas melarang orang bagian bawah berbuat demikian, niscaya mereka selamat dan selamat pula semua penumpang kapal itu."(HR Imam Bukhari no. 2493).

Baca Juga

Terkait hadis di atas, Ibnu Hajar al-'Asqalani di dalam kitabnya Fathul Bari memberikan beberapa pendapat, hadis tersebut berisi beberapa pelajaran, yaitu: Pertama, hukuman bisa jadi menimpa suatu kaum disebabkan meninggalkan inkarul mungkar  (mengubah kemungkaran), kedua, seorang yang berilmu bisa memberikan penjelasan dengan membawakan permisalan, ketiga, wajib bersabar terhadap kelakuan tetangga jika khawatir tertimpa bahaya yang lebih besar, dan keempat hendaknya saling mengingatkan jika ada kekeliruan atau bahaya yang diperbuat saudara kita seperti orang yang berada di atas perahu melihat orang bawah ingin melubangi kapal supaya bisa mendapat air. 

Perahu adalah perumpamaan dari agama Islam dan umat Islam adalah para penumpang perahu tersebut. Di antara para penumpang perahu, ada yang berakhlak mulia dan alim, menguasai ilmu agama. Namun, ada pula penumpang yang masih bodoh dan mudah sekali tergoda berbuat kemungkaran. Ketika perahu tengah berada di tengah "lautan kehidupan" dan sering diterjang gelombang, sudah seharusnya para penumpang saling menjaga agar perahu tetap dalam keseimbangan.

 

Para penumpang itu juga harus ada yang mau berada di bagian bawah perahu dan yang lainnya berada di atas perahu sehingga seimbanglah perahu serta tidak menyempitkan penumpang satu dengan lainnya. 

Selain itu, jika di dalam perahu tersebut ada salah seorang yang hendak melakukan sebuah kemungkaran dengan membocorkan perahu, maka harus ada yang mencegahnya, dan melarangnya berbuat kemungkaran supaya semua penumpang yang ada di dalam perahu selamat. Namun, jika tidak ada yang mencegahnya, maka binasalah semuanya, perahu dan para penumpang pun tenggelam di "lautan kehidupan". 

Dengan kata lain, akibat tidak adanya pencegahan kemungkaran terhadap orang-orang Islam yang melakukan kemungkaran, maka seperti perumpamaan yang diberikan Rasulullah SAW tersebut, Islam dan umat Islam akan tenggelam, tidak lagi dirasakan sebagai rahmat bagi umat manusia. Bahkan, keberadaannya bisa saja dianggap laknat dan tidak pernah lagi diharapkan.

Cahaya dan kebenaran Islam menjadi terhijab, terhalangi, oleh umat Islam yang melakukan kemungkaran dan juga oleh umat Islam yang tidak mencegah terjadinya kemungkaran tersebut. Para pembocor perahu, yaitu orang-orang Islam yang yang gemar melakukan kemungkaran,selalu hadir di tubuh umat Islam sepanjang zaman.

 

sumber : Harian Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement