Selasa 21 Apr 2020 16:50 WIB

Angka Pesepak Bola Alami Depresi Meningkat Selama Covid-19

Angka pesepak bola yang menunjukkan gejala depresi selama pandemi Covid-19 meningkat

Rep: Muhammad Ikhwanudin/ Red: Agung Sasongko
FIFPro
FIFPro

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angka pesepakbola yang menunjukkan gejala depresi selama pandemi Covid-19 meningkat dua kali lipat. Dalam laporan The Guardian, terhentinya kompetisi membuat pemain mengalami rasa cemas yang berlebih akibat tak kunjung merumput di lapangan. 

Dalam laporan Fifpro yang meneliti 1.602 atlet sepakbola profesional selama 22 Maret hingga 14 April, tercatat 22 persen dari 468 pesepakbola perempuan dan 13 persen dari 1.134 pemain sepakbola laki-laki mengalami gejala depresi. 

Inggris, Skotlandia, dan Republik Irlandia menjadi tiga dari 16 negara yang paling tinggi ihwal gejala depresi pesepakbola profesional. Angka ini dinyatakan sebagai lonjakan drastis jika dibandingkan dengan data sebelumnya. 

Dalam studi yang sama, Fifpro menyatakan pesepakbola yang mengalami depresi hanya berkisar di angka 11 persen untuk perempuan dan 6 persen untuk laki-laki. Pemain sepakbola perempuan masih menjadi sektor yang mengalami tekanan mental lebih tinggi. 

Fifpro menyampaikan, penyebab depresi seorang pesepakbola rata-rata disebabkan oleh tidak jelasnya masa depan sebagai atlet. Meski sepakbola merupakan salah satu industri dengan aliran uang tertinggi, hal tersebut ternyata tidak begitu berpengaruh pada kesehatan mental atlet. 

Tidak pastinya keadaan ekonomi seorang pesepakbola juga menjadi penyebab seseorang menjadi tertekan. Dalam laporan tersebut, pemain yang depresi didominasi usia 26 tahun untuk pria dan 23 tahun bagi wanita. Banyaknya atlet yang merantau pun disebut sebagai faktor penguat tekanan mental.

"Dalam sepakbola, pemain baik pria atau wanita saat ini harus melakukan pembatasan sosial yang menjauhkan mereka dari pekerjaan dan kehidupan," kata Ketua Satuan Tugas Medis Fifpro, Dr Vincent Gouttebarge, dilansir The Guardian.

"Beberapa dari mereka mungkin tidak punya pilihan dan kami sedang berusaha menolong dalam hal kesehatan mental," ujar dia. 

Sementara, Sekretaris Jenderal Fifpro, Jonas Baer-Hoffmann memberi saran agar kompetisi tidak buru-buru kembali digelar. Menurutnya, membuat pesepakbola nyaman dengan keadaan adalah cara paling efektif untuk menjaga kesehatan mental

"Semua pihak terkait harus membuat nota kesepahaman bagi seluruh pemain, pelatih, dan staf lain untuk bersinergi membuat lingkungan yang nyaman bagi mental seseorang," ucapnya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement