Selasa 21 Apr 2020 16:29 WIB

Mudik Dilarang, Emil Perketat Pintu Masuk Jabar

Mudik terbukti telah memicu peningkatan jumlah warga yang terinfeksi covid-19.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) didampingi Bupati Bogor Ade Yasin (tengah) melihat produksi  pembuatan masker.
Foto: ANTARA FOTO
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil (kiri) didampingi Bupati Bogor Ade Yasin (tengah) melihat produksi pembuatan masker.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mendukung langkah Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang melarang masyarakat mudik di tengah pandemi virus Corona (Covid-19).   Pasalnya, mudik terbukti telah memicu peningkatan jumlah warga yang terinfeksi covid-19. 

Menurutnya, arahan Presiden tersebut sudah sejalan dengan keinginan Pemprov Jabar. "Di Ciamis korban mudik, di Cianjur korban mudik, di Sumedang kepala desa tidak kemana-mana positif Covid-19 korban mudik, data menunjukkan itu. Saya mengapresiasi ketegasan Bapak Presiden, Insya Allah kita bisa mengendalikan," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil di Kota Bandung, Selasa (21/4).

Menurut Emil, sebagai wujud dukungan Pemprov Jabar terhadap kebijakan Presiden tersebut, pihaknya segera berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota untuk memperketat pintu-pintu masuk bagi pendatang.

Kebijakan ketat tersebut, kata dia, tidak hanya berlaku di wilayah yang menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), melainkan di seluruh wilayah Jabar. Bahkan, pengetatan pintu-pintu masuk pendatang akan dilakukan hingga level RT dan RW.

"Protokol yang sama kami berlakukan dan (dengan adanya) instruksi Presiden ini, kami jadi punya keleluasaan untuk menerjemahkan lebih ketat. Di titik-titik masuk, baik di level RT RW untuk menolak pemudik lebih tegas dengan alasan kesehatan," kata Emil.

Emil pun meminta para perantau di Jabar menaati intruksi Presiden tersebut untuk mencegah penyebaran COVID-19 semakin meluas. Emil kembali meyakinkan, bahwa Pemprov Jabar menyiapkan bantuan sosial (bansos) bagi para perantau yang terdampak COVID-19.

"Silaturahim baik, tapi mencegah penyakit lebih baik. Silaturahim bisa ditunda, tapi mencegah penyakit yang membawa kematian tidak bisa ditunda," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement