Selasa 21 Apr 2020 13:47 WIB

Bio Farma akan produksi 100 Ribu Kit Tes RT PCR

Pada bulan Mei, Bio Farma akan memprediksi 4.000 kit atau setara untuk 100 ribu tes.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Petugas medis berada di ruangan laboratorium saat peresmian alat deteksi Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh  di Desa Siron, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (16/4/2020). Penggunaan alat deteksi  Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) sesuai yang dianjurkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Aceh itu untuk mendeteksi lebih akurat Corona Virus (COVID-19)
Foto: ANTARA/Ampelsa
Petugas medis berada di ruangan laboratorium saat peresmian alat deteksi Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) di Laboratorium Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Aceh di Desa Siron, Kabupaten Aceh Besar, Aceh, Kamis (16/4/2020). Penggunaan alat deteksi Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) sesuai yang dianjurkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) di Aceh itu untuk mendeteksi lebih akurat Corona Virus (COVID-19)

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- PT Bio Farma akan memproduksi alat pendeteksi Covid-19 berupa rapid test berbasis real time polymerase chain reaction (RT-PCR). Alat ini dapat melakukan pemeriksaan SARS-CoV-2 (virus corona) atau Covid-19. 

Menurut Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, Bio Farma memiliki kapasitas produksi terpasang sebesar 15 ribu tes per hari. Pada bulan Mei 2020, akan dihasilkan perdana sebanyak 50 ribu tes atau setara 2.000 kit. Lalu, dalam waktu dekat, Bio Farma akan memenuhi kapasitas produksinya sebanyak 4.000 kit atau setara dengan 100 ribu tes.

Baca Juga

Menurut dia, kit tes berbasis RT-PCR ini telah memenuhi Golden Standard dalam pemeriksaan Covid-19. Kit tes ini sekaligus penentuan penegakan diagnosis status positif atau negatif dari sampel swab yang berasal dari pasien yang terduga terpapar oleh Covid-19.

Honesti mengatakan, keterlibatan Bio Farma dalam produksi alat tes PCR ini sesuai dengan SK Kepala BPPT Nomor 72 Tahun 2020, khususnya dalam subgrup satuan tugas rapid test diagnosis berbasis quantitative polymerase chain reaction (qPCR). Bio Farma akan menjalankan perannya sesuai dengan kompetensinya antara lain untuk membuat kit diagnosis berbasis PCR, produksi dan pengemasan, quality control, sekaligus validasinya serta registrasi untuk mendapatkan izin edarnya.

Bio Farma juga berperan dalam distribusi kit ini ke seluruh fasilitas kesehatan rujukan pemerintah yang berada di pelosok Indonesia. “Prototipe akan kami terima dalam waktu dekat ini dari perusahaan start-up asal Indonesia, Nusantics," ujar Honesti, Selasa (21/4).

Kemudian, menurut dia, Bio Farma akan memproduksi secara massal dalam jumlah besar yang akan memanfaatkan fasilitas produksi yang ada di Bio Farma, termasuk proses serta pengujian (quality control), pengemasan, dan distribusi.

"Mudah-mudahan keberadaan test kit berbasis qPCR ini dapat membantu pemerintah dalam percepatan penanganan menghadapi pandemik Covid-19," katanya.

Sementara itu, Kepala BPPT Hammam Riza mengatakan, BPPT melalui TFRIC19 terus memberikan dukungan penuh dalam percepatan produksi kit tes PCR ini. Koordinasi dengan Badan Litbangkes dan Lembaga Biologi Molecular Eijkman telah dilakukan BPPT secara serius untuk mendapatkan akses sampel RNA Covid-19 Indonesia. Hal ini untuk keperluan validasi produk, melengkapi desain, dan prototipe kit tes PCR yang telah dikembangkan oleh tim Nusantics.

Menurut dia, BPPT juga makin yakin produk kit tes PCR dalam negeri segera terwujud setelah Bio Farma telah menyatakan kesediaan dan kesiapannya. "Donasi masyarakat melalui gerakan Indonesia Pasti Bisa telah memberikan kekuatan yang luar biasa untuk mewujudkan test kit PCR dalam negeri, sebagai bagian penguatan kemampuan nasional dalam menangani pandemi Covid-19," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement