Selasa 21 Apr 2020 00:33 WIB

Berkebun di Rumah Jadi Tren Dunia Selama Karantina

Berkebun di rumah menjadi kegiatan sejumlah warga dunia selama pandemi Covid-19.

(Foto: ilustrasi berkebun)
Foto: Pxfuel
(Foto: ilustrasi berkebun)

REPUBLIKA.CO.ID, CHICAGO -- Jaime Calder semula menyerah untuk berkebun setelah pindah dari wilayah Illinois yang subur ke Texas yang berdebu. Namun virus corona telah mengubah pikirannya.

Perempuan yang berprofesi sebagai editor majalah itu telah menanam berbagai jenis sayuran, bawang, beri hitam, semangka, dan paprika tahun ini---memperluas kebunnya sambil bekerja di rumah selama pandemi.

Orang-orang di seluruh dunia menganggap berkebun sebagai hobi yang menyejukkan, hobi ramah keluarga, yang juga meredakan kekhawatiran akan keamanan pangan karena karantina telah memperlambat panen dan distribusi beberapa hasil panen. Penjualan biji buah dan sayuran melonjak di seluruh dunia.

"Ini kebun tambahan. Tidak mungkin hasilnya bisa menopang keluarga beranggotakan lima orang. Tetapi kami memperkuatnya, sehingga kami dapat mencoba dan menghindari toko sedikit lebih banyak dalam beberapa bulan mendatang," kata Calder.

Sementara warga di Rusia mengisolasi diri di pondok-pondok luar kota dengan sebidang tanah, sumber sayuran tradisional selama masa sulit sejak era Soviet, pertanian atap mulai direncanakan di Singapura, yang sangat bergantung pada impor makanan.

Pekerja yang cuti dan orang-orang yang bekerja dari rumah juga mencari kegiatan untuk mengisi waktu luang mereka, setelah pembatalan acara olahraga utama dan penutupan restoran, bar, dan teater. Orang tua juga beralih ke berkebun sebagai kegiatan di luar rumah dengan anak-anak yang terkurung di rumah setelah sekolah tutup.

"Menanam beberapa kentang bisa menjadi ilham bagi seorang anak," kata Guy Barter, kepala ahli hortikultura di Royal Horticultural Society Inggris, yang telah menerima permintaan saran lima kali lebih banyak di lamannya selama masa karantina.

Tukang kebun yang tidak memiliki pekarangan bahkan menanam kentang di kantong sampah, kata dia. Berkebun bisa memangkas permintaan eceran untuk hasil bumi tetapi perjalanan ke toko masih akan diperlukan.

Bert Hambleton, konsultan ritel untuk Hambleton Resources, mengatakan supermarket akan terus mengalami peningkatan permintaan produk secara keseluruhan karena calon pengunjung restoran makan di rumah alih-alih makan di luar.

Penjualan Benih

Perusahaan benih Amerika Serikat, W. Atlee Burpee & Co, menjual lebih banyak benih dalam 144 tahun sejarahnya pada Maret, saat virus menular menyebar.

Ketika mereka tidak dapat menemukan benih di toko, calon tukang kebun di Inggris mencari saran tentang cara mengeluarkan benih dari tomat dan labu yang dibeli di supermarket, kata Barter.

Di Rusia, permintaan benih meningkat sebesar 20-30 persen pada Maret, dibandingkan bulan yang sama tahun lalu, menurut pengecer berbasis daring Ozon.

Permintaan benih biasanya naik pada masa ekonomi yang sulit, kata Tom Johns, pemilik Territorial Seed Company di Cottage Grove, Oregon. Perusahaan sementara berhenti mengambil pesanan melalui telepon karena lonjakan permintaan dan menugaskan beberapa pekerja telepon untuk secara fisik mengisi pesanan daring, katanya.

"Tidak butuh waktu lama bagi orang untuk menjadi sangat peduli dengan pasokan makanan, baik biaya makanan atau mendapatkan makanan," kata Johns.

Johnny's Selected Seeds di Fairfield, Maine, melihat kenaikan pesanan 270 persen pada 16 Maret, setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan keadaan darurat nasional terkait virus corona.

Stokes Seeds yang berbasis di Kanada, yang mengirim benih ke AS dan Kanada, menerima 1.000 pesanan daring selama akhir pekan 21 Maret, atau empat kali lebih banyak dari biasanya.

"Kami tidak memiliki staf bahkan hanya untuk memasukkan mereka ke dalam sistem, apalagi memenuhi kebutuhan mereka," kata Presiden Stokes Seeds, Wayne Gayle.

Perusahaan menghentikan sementara semua pesanan daring dan memprioritaskan pesanan dari petani sayur komersial "untuk memastikan keamanan pangan kami musim panas ini," menurut situsnya.

Dengan begitu banyak orang berkebun untuk pertama kalinya, muncul dorongan untuk menyatukan sumber daya dan pengetahuan kolektif tentang produksi pangan rumahan.

Nathan Kleinman, co-direktur Jaringan Pertanian Eksperimental yang berbasis di Philadelphia, mengatakan lebih dari 2.000 orang mendaftar dan menghadiri sesi mingguan untuk membahas praktik terbaik berkebun saat mereka mulai meletakkan benih di tanah. "Reaksinya luar biasa," kata Kleinman. "Itu mengejutkan banyak orang."

Melanie Pittman, seorang guru yang tinggal di tanah seluas 5 hektare di dekat Crete, Illinois, mengatakan ketika semua orang menimbun kertas toilet, rekannya berlari ke toko setempat untuk membeli benih dan peralatan berkebun.

Pittman bukan saja memperluas kebunnya dengan menanam jagung, kacang-kacangan, tomat, kentang, bawang, dan jamur. Dia juga bekerja bersama petani lain di komunitasnya untuk memperluas ketergantungannya pada makanan lokal.

"Saya mencoba menjangkau orang lain yang menanam makanan di daerah itu, untuk menghindari tumpang tindih. Saya menanam tomat, Anda menanam wortel,'' kata dia.

Berkebun mungkin merupakan tren positif yang jarang muncul akibat pandemi yang melumpuhkan ini, kata Diane Blazek, direktur eksekutif dari kelompok industri AS National Garden Bureau. "Kita semua akan bisa keluar rumah pada akhirnya, dan mudah-mudahan semua orang akan makan lebih baik dan berkebun lebih dan lebih mandiri," kata Blazek.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement