Senin 20 Apr 2020 18:28 WIB

ITB Kembangkan Kabin Sterilisasi untuk Masker N-95

Kabin sterilisasi kini sedang diuji di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Dwi Murdaningsih
Masker jenis M95 untuk tenaga medis penanganan penyakit menular.
Foto: VOA
Masker jenis M95 untuk tenaga medis penanganan penyakit menular.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Tim Laboratorium Energi Terbarukan, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung yang diketuai Yuli Setyo Indartono mengembangkan Kabin Sterilisasi untuk masker N-95. Kabin Sterilisasi tersebut diharapkan mampu menyeterilkan masker N95 yang telah digunakan oleh tenaga medis.

Alat tersebut memiliki spesifikasi yaitu menggunakan teknologi ionisasi udara, penurun kelembapan udara, rak sterilisasi masker N-95, dengan dimensi kabin 1x1x2 m3.

Baca Juga

Yuli menjelaskan, Kabin Sterilisasi dibuat dengan tujuan untuk penggunaan kembali masker N-95. Dengan jumlah pasien covid-19 yang saat ini semakin bertambah, kebutuhan masker N-95 pun semakin meningkat bagi tenaga kesehatan baik di rumah sakit maupun puskesmas.

"Di sisi lain, ketersediaan masker N95 bagi tenaga kesehatan, semakin sedikit," katanya.

Yuli melanjutkan, berdasarkan rekomendasi dari Kementerian Kesehatan, sterilisasi masker bisa dilakukan dengan beberapa cara. Pertama disimpan di kantong kertas dan dibiarkan selama 3-4 hari dengan prinsip kalau ada virus akan rusak karena tidak ada media untuk berkembang biak.

Rekomendasi kedua adalah, bisa dipanaskan sampai 70 derajat Celcius di dalam oven, dan ketiga diberi uap panas. Metode yang tidak direkomendasikan untuk sterilisasi masker adalah dengan menggunakan sinar UV karena bisa merusak lapisan masker N-95.

“Dari berbagai cara tersebut, saya melihat perlu ada metode sterilisasi berbasis pengujian yang bisa menghancurkan bakteri dan virus, namun tidak menimbulkan kerusakan pada masker N95. Maka kami tidak menggunakan sinar UV, dan tidak menggunakan pemanasan karena khawatir menyebabkan penurunan kualitas masker N95,” paparnya.

Agar tidak merusak masker, kata dia, maka proses sterilisasinya dilakukan di temperatur kamar (tidak dipanaskan). Maka, menggunakan ionisasi udara. Dari berbagai penelitian ilmiah, ion negatif bisa merusak struktur bakteri dan virus.

"Kami juga menggunakan dehumidifier untuk menurunkan kelembapan udara. Jika kelembapan udara rendah, maka udara akan menyerap air dari masker. Tidak perlu memanaskan masker," katanya.

Kabin Sterilisasi tersebut kedap udara. Di dalamnya terdapat tiga komponen utama yaitu alat yang menghasilkan ion udara, kipas/fan kecil, dan alat untuk menurunkan kelembapan udara.

Kabin tersebut juga dipasang timer untuk mengatur waktu sterilisasi. Pada spesifikasi alat, selain menghasilkan ion, alat tersebut juga menghasilkan hidrogen peroksida. Proses sterilisasinya membutuhkan waktu sekitar dua jam.

Kemampuan alat ini mendekontaminasi bakteri telah diuji di Laboratorium Mikrobiologi di Sekolah Farmasi ITB oleh Marlia Singgih Wibowo, dan juga diuji oleh Pingkan Aditiawati di SITH ITB. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kabin ini mampu mendekontaminasi koloni bakteri Staphylococcus aureus dan E.coli pada permukaan kasa sebanyak 90 persen selama 90 menit.

Pada Senin (20/4) Kabin Sterilisasi Masker N-95 buatan Tim Laboratorium Energi Terbarukan, FTMD – ITB diserahkan kepada Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung untuk pengujian lebih lanjut.

Yuli berharap, dengan alat tersebut dapat membantu mempercepat proses sterilisasi masker N-95. Selain untuk masker, alat tersebut juga bisa menyeterilkan berbagai APD yang reusable. Namun desain saat ini dirancang untuk masker N-95.

Selain Yuli, tim yang intensif terlibat dalam pembuatan Kabin Sterilisasi masker N-95 diantaranya Andhita Mustikaningtyas Musfirin (Horizon Teknologi), Mukhlis Ali (alumni FTMD ITB yang bekerja di Universitas Nusa Putra) dan Taufik Rahman (mahasiswa bimbingan Mukhlis Ali di Universitas Nusa Putra).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement