Senin 20 Apr 2020 17:03 WIB
haji

Nasihat Ulama Menak Sunda Kepada Para Calon Haji

Nasihat ulama menak Sunda kepada para haji

Jamah haji Nusantara zaman dulu.
Foto: google.co.id
Jamah haji Nusantara zaman dulu.

REPUBLIKA.CO.ID,  Oleh: Muhammad Subarkah, Jurnalis Republika

Semenjak dahulu memang selalu ada nasihat atau kritik kepada para haji. Salah satunya adalah ada dalam buku seorang ulama menak Sunda . Naskah ini ada dalam buku ‘Woelang Hadji’ (Wulang Haji) yang kini naskahnya tersimpan di Universiteitsbibliotheek Leiden, Belanda.

Kisah ini ada dalam buku ‘Naik Haji Di Masa Silam’ karya Henri Chambert Loir. Dalam bab ini hasil penelitian ini ditulis oleh seorang peneliti bersama Suryadi. Judulnya adalah ‘Buku Wulang Haji: Nasihat Seorang Ulama Sunda Kepada Orang yang Berhasrat Naik Haji’.

Buku Wulang Haji berisi kritik terhadap beberapa kebiasaan kurang baik yang terdapat di kalangan para pemeluk Islam di Jawa – yang dalam konteks ini bisa diluaskan ke wilayah Nusantara yang lain yang berhasrat naik haji. Mereka memang pergi haji tanpa dibekali oleh biaya dan pengetahuan geografis maupun kegamaan yang cukup.

Jemaah Haji, Tempo Doeloe | Kanzunqalam's Blog

Lalu siapa  penulisnya buku Wulang Haji itu? Suryadi menyatakan buku itu dikarang oleh Raden Moehammad-Hoesen hoofd Penghulu Tanah Karawang. Buku ini selesai ditulis pada bulan September 1873. Dan bila mencermati status penulis maka menunjukan bahwa ia merupakan bagian dari birokrasi kolonial Hindia Belanda pada abad ke-19.

Dalam buku Wulang Haji, Raden Muhammad Hoesen menyebut adanya kebiasaan dari umat Islam di Jawa (bangsa Sunda atawa bangsa Jawa) yang naik haji ke Makkah. Tujuan Raden Husen Muhammad mengarang teks ini adalah ‘diharapnya supaya lebih berguna pada sekalian anak-anak sekolah dan sekalian lainnya yanh harap mendapat selamat di dalam selama hidupnya’.

Inti kritik Raden Muhammad Hoesen hanyalah tentang seringnya timbul kesengsaraan yang dialami oleh jamaah haji ‘Jawah’ karena banyak diantara mereka tidak punya cukup bekal uang dan pengetahuan tentang ibadah haji dan negeri yang akan dituju yang letaknya sangat jauh dari wilayah Nusantara.

Menurut pengarang banyak orang ingin naik haji tapi uang mereka tidak cukup dan malas bekerja. Kebanyakan mereka juga tiada belajar agama (tentang agama Islam dan rukun haji) lebih dahulu.

Selain itu, para calon jamaah haji juga buta tentang peta, tak tahu berapa jauh negeri Makkah dan betapa sulit serta berbahayanya perjalanan ke sana. Banyak di antara mereka yang berhasrat naik haji itu meminta-minta ke sana-sini, bahkan ada yang menipu, untuk mengumpulkan biaya perjalanan ke Makkah. Sering mereka pulang dalam keadaan miskin dan menimbulkan persoalan kepada diri dan keluarganya.

Ritual Haji Tempo Doeloe

Tak hanya itu pengarang juga menceritakan banyak calon jamaah haji Nusantara itu terpaksa jadi kuli di Birma, Malabar, Singapura, dan juga Bali. Ada yang terpaksa tinggal di tanah Arab untuk selamanya karena tidak ada biaya untuk pulang ke Jawa.

Bahkan ada yang jadi gila dan stress. Nasib mereka yang paling buruk adalah dijual oleh sindikat-sindikat perbudakan. Tak hanya si jamaah haji, keluarga yang ditinggalkan juga menderita karena ditinggalkan tanpa jaminan.

Salah satu nasihat dalam buku Wulang Haji di antaranya berbentuk syair seperti ini:

Banyak orang kena perdaya

Pergi ke Makkah dengan sia-sia

Merasa dirinya mendapat mulia

Anak isteri dibikin aniaya

Sampai merasa dia punya diri

Meminta-minta ke sana ke mari

Putar keliling antero negeri

Jika tra dapat lantas mencuri…

 

 

 

 

 

A

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement