Senin 20 Apr 2020 07:00 WIB
Serial Suara Batin di Era Virus Corona

Keris Pusaka Pedagang Keliling

Keris pusaka itu punya kehendak. Ia menggerakkan hatiku.

Keris pusaka (ilustrasi)
Foto:

Danu, Anakku, seusia dengan Surya sekitar 28 tahun. Danu tamatan sekolah bisnis. Ia banyak juga membaca soal usaha kecil dan menengah.

“Coba Danu,” ujarku briefing kita. Apa yang terjadi dengan para pedagang kecil dan menengah di era virus corona. Kok agak parah ya?”

Sambung Danu: “Bro Surya, saya ikut berempati dengan pengalamanmu. Efek Virus Corona bagi usaha menengah kecil jauh lebih buruk ketimbang waktu krisis tahun 98 (4). Dulu di tahun 98, usaha kecil menengah justru menjadi penyelamat.”

“Tahun 98 orang berhemat dan menurunkan gaya hidup, makanan, fashion. Yang tertampung di bisnis ekonomi kecil-menengah justru lebih banyak.”

“Kini usaha kecil menengah paling terkena dampak karena virus merusak dari hulu ke hilir. Jalur bahan mentah terganggu, produksi, distribusi, permodalan terganggu. Penghasilan menurun.”

“Daya tahan usaha kecil menengah ini tentu tak setangguh perusahaan besar. Sekarang ada sekitar 37 ribu usaha kecil menengah terdampak. (5) Bro Surya salah satunya.”

“Bayangkan saja,” ujar Danu, “ada 116 juta orang yang bekerja di sektor kecil menengah. Bagaimana buruknya kondisi ekonomi kita. Pertumbuhan ekonomi tahun ini mungkin minus. UKM bangkrut ramai-ramai.”

“Tapi tak semua usaha kecil menengah mati. Usaha yang berhubungan dengan bisnis online, jasa kesehatan, justru lebih hidup.” (6)

Surya langsung memotong semangat. “Itulah hasil tahajud saya. Keris pusaka ini mungkin menjadi penolong. Saya ingin alih profesi di era Virus Corona saja. “

“Saya mau hijrah menjual masker, hand sanitizer, dan segala yang berhubungan dengan kesehatan.”

“Tapi saya membutuhkan modal segar. Saya hanya mempunyai rumah tinggal. Istri tak setuju jika saya menjaminkan rumah untuk pinjaman.”

“Di luar rumah tinggal, yang berharga saya hanya punya keris pusaka. Keris ini hadir dalam hidup keluarga saya turun termurun. Kakek sering cerita bagaimana keris ini membantunya di masa krisis. Ayah juga meyakini demikian.”

***

Aku pegang lagi keris itu. Kubuka keris dari sarungnya. Sama memukau seperti dulu.

Dalam hati aku menyebut nama sahabatku. “Janu-Janu. Hidup tak diduga. Dulu mati-matian aku ingin membeli keris ini. Tapi tak kau beri. Kini keris ini datang sendiri padaku, melalui anakmu.”

Terbayang persahabatanku dengan Janu. Ia sahabat yang teruji. Bersama kami lewati pasang surut hidup. Waktu SMA, aku sangat miskin. Janu anak orang kaya.

Janu sering menolongku. Membelikan aku makanan, buku, baju. Ia senang karena aku katanya sangat pintar. Juara sekolah. Banyak baca. Dan kadang kadang bersedia mengerjakan PR sekolahnya.

Di usia 40-an, situasi berbalik. Aku mendapat rejeki Tuhan banyak sekali karena bisnisku. Janu jatuh miskin. Tapi Janu tak pernah meminta bantuanku. Dan tak pernah mau aku bantu.

Aku teringat masa SMA. Mobil Ayah Janu banyak sekali. Janu sering menyetir mobil sendiri ke sekolah. Sementara aku ke sekolah hanya baik bus kota. Tak punya mobil. Tak punya motor.

Sore itu, Aku yang mengajaknya. “Ayo, Janu. Ajari aku mengemudikan mobil ini.”

Tak tanggung- tanggung, aku langsung ke jalan raya. Aku menyetir. Janu di sebelahku.

Ketika belok ke satu jalan, mobil itu menabrak sepeda motor. Pengendara luka parah. Orang berkerumun. Polisi datang. Aku gugup sekali.

Secepat kilat Janu minta kami pindah posisi tempat duduk. Janu di belakang setir. Aku di sampingnya. Kaget sekali aku. Janu mengaku dirinya yang menyetir.

Janu menjanjikan membawa pengendara motor ke rumah sakit. Membayar pengobatannya. Ia juga akan mengganti kerusakan motor. Tak lupa pak polisi ia berikan tips besar membantunya menghadapi massa.

Tak bisa kulupa kejadian itu hingga akhir hayatku.

Kutanya, “Janu, mengapa dirimu lakukan itu?” Ia hanya menjawab, “Bro aku tak ingin dirimu masuk penjara. Jika polisi tahu dirimu yang menyetir, kamu tak punya SIM.”

Berhari-hari aku terganggu oleh kejadian itu. Aku sangat berutang budi pada Janu. Pernah kutanya, bagaimana caraku membalas utang budiku?”

Santai saja ia menjawab: “Kita bersahabat bro. Jangka panjang. Akan ada waktu dirimu yang menolongku di saat aku sangat butuh.”

Lama aku terdiam. Mungkin inilah saat itu. Bukan Janu yang sangat butuh, tapi anak sulungnya. Sama saja.

Kutanya Surya, “Berapa dana yang Surya perlu untuk membuka usaha baru?”

Jawab Surya: “Seharga keris pusaka itu saja Om. Pesan Ayah, Om Dastan orang bijak. Ia akan mengerti. Tak usah kami menentukan harga.”

“Secepatnya Om akan transfer dana ke rekening Surya.” Aku sebut jumlahnya.

“Keris ini Surya bawa pulang saja. Ia milik Surya.

“Dana itu anggap saja bantuan Om untuk Surya di masa sulit. Dulu Ayah Surya sering juga membantu Om.”

“Yang benar Om?" tanya Surya? Ia spontan memelukku menangis segugukan. Aku pun haru.

Barulah kupercaya, keris pusaka itu punya kehendak. Ia menggerakkan hatiku.

Dulu aku begitu menginginkannya. Kini keris sudah ditanganku. Sudah kubayar. Tapi keris pusaka malah kukembalikan.

“Janu, Janu. Di masa krisis ini. Aku rindu bercakap denganmu.

-- April 2020

CATATAN:

1). Catatan kaki dalam cerpen esai ini sangat sentral. Ia sember dari pokok cerita. Teks di atasnya hanyalah dramatisasi dan fiksi dari kisah dalam catatan kaki.

Cerpen esai ini sepenuhnya fiksi. Ia mengembangkan kisah para pedagang kecil menengah yang menderita mendalam karena serangan virus corona

https://economy.okezone.com/amp/2020/03/19/320/2185833/cerita-sepinya-umkm-di-tengah-wabah-virus-corona

2). Bisnis roti bakar spesial yang mulai membuka gerai di garasi dan sukses mengambil inspirasi dari kisah ini:

https://m.detik.com/finance/solusiukm/d-4279430/wanita-ini-raup-jutaan-rupiah-dari-jualan-roti-bakar-di-garasi

3). Berita mengenai merosotnya penghasilan UKM:

https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/money/read/2020/03/27/190000026/terpukul-corona-ini-5-keluhan-para-pelaku-umkm

4). Dampak ekonomi bagi usaha kecil menengah lebih buruk di era virus dibandingkan era krisis tahun 1998.

https://www.google.co.id/amp/s/m.liputan6.com/amp/4228397/beda-kondisi-umkm-saat-pandemi-corona-di-2020-dengan-krisis-ekonomi-1998

5). Sekitar 37 ribu UKM terdampak Virus Corona

https://bali.tribunnews.com/amp/2020/04/17/terdampak-covid-19-37-ribu-umkm-lapor-ke-kementerian

6). Di era virus corona, ada pula bisnis yang justru lebih subur

https://katadata.co.id/telaah/2020/04/17/munculnya-10-peluang-bisnis-baru-dari-hidup-normal-di-masa-pandemi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement