Ahad 19 Apr 2020 13:57 WIB

Ini Alasan Pemerintah Endus Adanya Mafia Industri Kesehatan

Ada kesulitan memenuhi kebutuhan alat kesehatan, yang bahan bakunya impor.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ratna Puspita
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga (kanan).
Foto: ANTARA/Nova Wahyudi
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Mahendra Sinulingga (kanan).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Di tengah kondisi pandemi virus korona atau Covid-19, pemerintah mulai mengendus adanya mafia di dalam industri kesehatan. Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Sinulingga mengatakan sejak awal menjabat, Menteri BUMN Erick Thohir sudah memetakan tiga hal yang sudah dipetakan yakni, food security, health security, dan energy security hingga dibuat subhloding farmasi.

“Kenapa sampai terpikir seperti itu, setelah melihat industri kesehatan. Ternyata alat kesehatan kita di atas 90 persen impor. Kemudian bahan obat demikian di atas 90 persen adalah impor,” kata Arya dalam sebuah diskusi online, Ahad (19/4).

Baca Juga

Belum lama dibentuk subholding farmasi, Arya mengatakan ujian datang melalui virus corona 2019 (Covid-19) yang justru mengemukakan sulitnya memenuhi kebutuhan alat kesehatan. Arya mengatakan terdapat pabrik di Indonesia memproduksi alat pelindung diri (APD) untuk tenaga medis hingga 20 juta buah, tetapi bukan dari bahan baku sendiri.

“Jadi kita tempat kita hanya jadi tukang jahit. Kita bawa baju kain bahan ini bahan saya saya bayar kamu buat,” tutur Arya.

Untuk itu, Arya mengatakan pemerintah tidak bisa begitu saja marah jika banyak alat kesehatan justru diekspor. Sebab, kata Arya, bahan baku dari Korea dan Cina dan pada akhirnya Indonesia hanya menjahitnya menjadi APD lalu terpaksa diekspor.

Dia menambahkan, saat ini Pesiden Joko Widodo melakukan negosiasi. “Sini bahan bakunya kami kerjakan jadi APD tapi sebagian untuk kita sebagian untuk kamu. Karena kalau kita kerjakan sendiri pun tidak bisa, nggak ada bahan baku,” ungpa Arya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement