Kisah Petugas Pemakaman Jenazah Covid-19 Merindukan Ramadhan

Red: Nashih Nashrullah

Sabtu 18 Apr 2020 23:46 WIB

Petugas menyemprotkan cairan disinfektan sebelum membawa peti jenazah pasien suspect Corona ke liang lahat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Kalideres, Jakarta, Kamis (26/3). TPU Tegal Alur merupakan salah satu lahan pemakaman yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bagi pasien yang meninggal karena Corona atau Covid-19 Foto: Republika/Putra M. Akbar Petugas menyemprotkan cairan disinfektan sebelum membawa peti jenazah pasien suspect Corona ke liang lahat di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tegal Alur, Kalideres, Jakarta, Kamis (26/3). TPU Tegal Alur merupakan salah satu lahan pemakaman yang disediakan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta bagi pasien yang meninggal karena Corona atau Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Dari balik balutan masker dan jubah pelindung hazmat, suaranya bergetar saat mengucap kerinduan menyambut ibadah Ramadhan 1441 Hijriyah sekitar beberapa hari ke depan.

Justru risau yang hinggap di benak Imang Maulana (42), petugas pemulasaran jenazah Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Pondok Ranggon, Jakarta Timur.

Baca Juga

Sebulan terakhir ini memang menjadi situasi yang sangat melelahkan bagi pria berstatus pekerja Penyedia Jasa Lainnya Orang Perorangan (PJLP) di Dinas Pertamanan dan Hutan Kota Provinsi DKI Jakarta itu.

"Kami sudah amat sangat lelah, memakamkan korban, menggali dan menutup liang lahat yang silih berganti setiap hari," katanya.

Proses pemakaman terbanyak pasien COVID-19 di Blok AA1 Blad 91, TPU Pondok Ranggon, Cibubur dirasakan Imang terjadi pada pekan kedua dan ketiga April 2020.

Meskipun otoritas setempat tidak terbuka pada informasi data jumlah jasad COVID-19 yang dimakamkan, namun informasi terakhir hingga kurun 1 April 2020 tidak kurang dari 175 jasad dimakamkan di TPU Pondok Ranggon.

Garda terakhir

Imang masih ingat betul pada situasi ketika dia dan lima rekannya melayani pemakaman jasad Covid-19 dalam guyuran hujan lebat di malam hari.

"Pada saat itu jam 21.30 WIB, kami melakukan pemakaman jasad Covid-19 di tengah hujan lebat dan jalan yang licin. Kami tidak hiraukan, yang penting kami melaksanakan tugas dan kewajiban kami," katanya.

Petugas pemulasaran menjadi garda terakhir dalam penanganan Covid-19 setelah dokter menyatakan pasien meninggal dunia.

Berpacu dengan waktu, petugas pemulasaran harus segara melakukan penanganan lanjutan terhadap jenazah agar dapat dimakamkan tanpa melebihi batas waktu maksimal tiga hingga empat jam.

Dalam penggunaan lahan TPU untuk makam dikelompokkan berdasarkan agama yang dianut oleh orang yang meninggal.

Kemudian ukuran tanah untuk makam digali maksimal 2,5 x 1,5 meter dengan kedalaman sekurang-kurangnya 1,5 meter dari permukaan tanah.

Pada awalnya alat pelindung diri yang didapat Imang pun sangat terbatas jumlahnya. Kadang, jas hujan plastik difungsikan sebagai hazmat, tanpa balutan masker dan sarung tangan.

"Ingat betul pada 16 Maret 2020, sebulan lebih kami memakamkan jenazah Covid-19. Awalnya takut yang kami rasakan, karena saya teman-teman mendapatkan cerita yang menakutkan tentang cCorona," katanya.

Tapi apa boleh buat, tugas sudah telanjur diemban. Sebagai PJLP pemakaman, apapun risikonya ditempuh Amang untuk memakamkan jenazah.

Beberapa kali mobil ambulans yang dikendarai mereka juga mengalami slip di bagian ban saat melaju di atas jalan berlumpur dan licin.

photo
Petugas pemakaman membawa peti jenazah pasien COVID-19 di TPU Pondok Ranggon, Jakarta, Senin (30/3/2020). Juru bicara pemerintah untuk penanganan COVID-19 Achmad Yurianto per Senin (30/3/2020) pukul 12 - (MUHAMMAD ADIMAJA/ANTARA FOTO)

Di tengah derasnya hujan, beberapa dari mereka harus turun untuk mendorong kendaraan agar kembali berjalan. "Itu yang bikin kami amat lelah, hingga jam kerja kami dari semula delapan jam, menjadi 24 jam penuh sejak ada pandemi Covid-19 ini," katanya.

Kini tinggal kurang dari sepekan lagi bulan yang penuh rahmat dan ampunan bagi umat muslimitu tiba.

Imang pesimistis aktivitas beribadah secara khusyuk di masjid hingga berburu takjil bersama keluarga menjelang kumandang adzan Maghrib bisa kembali dilakukan di tengah pandemi Covid-19.

"Kami juga manusia yang memiliki keluarga, punya anak. Kami ingin santai bekerja seperti biasanya. Bercanda dengan keluarga, bersenda gurau dengan anak-anak kami," katanya.

Tapi manakala musibah Covid-19 tiba, waktu Imang harus terfokus pada pelayanan pemakaman jenazah.

Tim Gugus Covid-19 DKI Jakarta yang dikutip dari laman corona.jakarta.go.id mencatat jumlah pemakaman yang mengikuti prosedur tetap Covid-19 hingga 15 April 2020 sudah mencapai 1.035 jenazah.

Hingga Rabu (15/4) dilaporkan ada 26 jenazah dikubur dengan Protap COVID-19. Angka tersebut turun dari sehari sebelumnya dengan jumlah 46 jenazah.

Anjuran agar tetap berdiam diri di rumah selama masa pandemi yang bagi sebagian orang terasa menyiksa, sesungguhnya adalah harapan bagi petugas pemulasaran.

"Hargai keringat kami dengan cara patuhi anjuran pemerintah untuk berdiam diri di rumah. Apalagi sekarang mau Ramadhan, kami pun ingin kembali Shalat Tarawih bersama, beribadah dengan khusyuk di masjid dan jenazah tidak berdatangan lagi," kata Imang.