Sabtu 18 Apr 2020 18:44 WIB

Permintaan BBM Pertamina Turun hingga 35 Persen 

Pertamina akan mulai menurunkan kapasitas operasi kilang secara bertahap.

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Ratna Puspita
Ilustrasi Kilang Minyak. Pertamina menyatakan terjadi penurunan permintaan BBM mencapai 35 persen sejak Maret 2020 dibandingkan dengan rerata Januari-Februari 2020. Karena itu, Pertamina akan mulai menurunkan kapasitas operasi kilang secara bertahap disesuaikan dengan kondisi permintaan.
Foto: Reuters/Shamil Zhumatov
Ilustrasi Kilang Minyak. Pertamina menyatakan terjadi penurunan permintaan BBM mencapai 35 persen sejak Maret 2020 dibandingkan dengan rerata Januari-Februari 2020. Karena itu, Pertamina akan mulai menurunkan kapasitas operasi kilang secara bertahap disesuaikan dengan kondisi permintaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina menyatakan terjadi penurunan permintaan BBM mencapai 35 persen sejak Maret 2020 dibandingkan dengan rerata Januari-Februari 2020. Sejalan dengan penerapan PSBB, permintaan BBM di kota-kota besar pun tercatat mengalami penurunan di atas 50 persen.

"Tertinggi adalah Jakarta dan Bandung yang turun hampir 60 persen," kata Vice President Corporate Communication Pertamina Fajriyah Usman di Jakarta, Sabtu (18/4).

Baca Juga

Ia mengatakan sejak Maret 2020 permintaan gasoline terus mengalami penurunan rata-rata 17 persen, gasoil turun rata-rata 8 persen dan avtur turun 45 persen. "Selain penurunan di BBM retail, penurunan permintaan juga terjadi untuk konsumen industri mengingat banyak industri yang berhenti beroperasi," kata dia.

Fajriyah menyatakan situasi dengan penurunan permintaan tajam ini mungkin belum pernah terjadi sebelumnya yang tentu saja akan berdampak besar terhadap keuangan Pertamina. Karena itu, berbagai penyesuaian harus dilakukan untuk menjaga optimalisasi, efektivitas dan keekonomian operasi, termasuk di antaranya penyesuaian terhadap operasional kilang. 

Menyikapi menurunnya permintaan Bahan Bakar Minyak (BBM) domestik akibat pandemi Covid-19, Pertamina akan melakukan pemeliharaan kilang dalam negeri sekaligus menurunkan kapasitas operasi kilang. Langkah ini untuk menjaga keseimbangan produksi serta kapasitas penampungan (storage) kilang yang telah mencapai level optimum. 

"Pertamina akan mulai menurunkan kapasitas operasi kilang secara bertahap disesuaikan dengan kondisi permintaan. Secara teknis, penurunan juga akan disesuakan dengan batas aman pengolahan kilang," lanjut Fajriyah.  

Pertamina, ucap Fajriyah, akan memanfaatkan kondisi ini untuk sekaligus melakukan pemeliharaan kilang. Dengan demikian, ketika kondisi sudah kembali normal, maka kilang sudah siap beroperasi optimal. 

Beberapa kilang yang lebih awal akan dilakukan pemeliharaan adalah Kilang Sungai Pakning dan Kilang Balikpapan dengan penghentian pada Crude Distillation Unit (CDU) secara bergantian. Sedangkan Kilang Plaju akan mulai mengurangi produksi secara bertahap (slowdown). 

Adapun kilang lainnya yaitu Kilang Balongan, Kilang Cilacap dan Kilang Kasim tetap beroperasi normal.

Fajriyah menambahkan, meskipun kapasitas produksi pengolahan kilang diturunkan, stok BBM maupun LPG secara nasional dalam kondisi aman bahkan berlebih. Bahkan, stok avtur dan solar berlimpah, berada pada posisi tertinggi hingga lebih dari 100 hari.

Meskipun permintaan BBM menurun tajam, lanjut Fajriyah, saat ini seluruh kegiatan distribusi BBM dan SPBU tetap beroperasi dengan tetap menjalankan HSSE dan protokol pencegahan Covid-19 secara ketat. Pertamina akan terus memantau perkembangan, mengingat kebutuhan BBM untuk pengiriman logistik masih berjalan, sehingga energi harus tersedia dengan aman.

"Selama Ramadhan dan Idul Fitri, Pertamina juga akan tetap mengoperasikan SPBU di seluruh jalur utama, karena kemungkinan kebutuhan BBM untuk logistik akan meningkat," kata Fajriyah. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement