Jumat 17 Apr 2020 23:41 WIB

Bagaimana Rasulullah SAW Dididik?

Rasulullah SAW mengalami tiga pola pendidikan

Rasulullah
Foto: Mgrol120
Rasulullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam suatu hadis yang diriwayatkan Ibnu Hibban, Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tuhanku telah mendidikku, maka Dia menjadikan pendidikanku yang terbaik."

Bagaimana Allah Ta'ala mendidik Rasulullah SAW? Setidaknya, terdapat tiga metode.

Baca Juga

Pertama, pendidikan by design. Dalam arti, pendidikan bagi Nabi SAW sudah direncanakan oleh Allah SWT bahkan jauh sebelum lelaki itu dilahirkan.

Perhatikanlah silsilah Nabi Muhammad SAW. Ayahnya bernama Abdullah. Artinya, "hamba Allah." Ibundanya, Aminah. Artinya, "dapat dipercaya." Ketika beliau lahir, kakeknya--Abdul Muthalib--memberikan nama Muhammad. Artinya, "orang yang terpuji." Sebab, sang kakek melihat silsilah cucunya itu dari kalangan yang penuh pujian--sampai kepada Nabi Ismail bin Nabi Ibrahim AS.

 

Allah SWT juga mengondisikan pola pengasuhan Nabi SAW, sejak beliau masih dalam kandungan, bayi, hingga akhirnya menjadi anak yatim-piatu. Mulanya, beliau diasuh sang kakek. Kemudian, pamannya, Abu Thalib, menjadi pengasuhnya.

Ketika ditanya terkait hal ini, bagaimana pengasuhan itu terjadi secara berpindah-pindah, maka Nabi Muhammad menjawab, "Begitulah cara Allah mendidikku sehingga tak ada satu orang pun yang sangat berpengaruh dalam hidupku, termasuk orang tuaku sendiri."

Kedua, pendidikan berbasis kenabian (prophetic). Saat usia beliau 40 tahun, Muhammad SAW diangkat oleh Allah Ta'ala menjadi utusan-Nya. Sejak saat itu, Allah mendidik beliau dengan tuntunan wahyu, yang sampai kepadanya melalui Malaikat Jibril.

Perkataan dan perbuatan Nabi Muhammad SAW pun sejak saat itu mengandung ajaran mulia karena didasari wahyu, bukan hawa nafsu. Ketika Aisyah ditanya tentang akhlak Nabi, ia berkata, "Dan akhlak Nabi itu adalah Alquran."

Ketiga, pendidikan dalam pemeliharaan dan pengawasan Allah. Di antara bentuk pengawasan Allah adalah memeliharanya dari perbuatan maksiat. Di saat remaja, misalnya, Muhammad ingin melihat pesta yang dipenuhi oleh hiburan sarat maksiat.

Tiba-tiba saja ia letih dan mengantuk berat sehingga ia tertidur. Saat terbangun, hari sudah siang sehingga ia tidak melihat hiburan bermaksiat tersebut. Hal itu juga terjadi keesokan harinya. Demikian Allah menjaga nabi dari lingkungan buruk.

Sebagai umat Nabi Muhammad, kita perlu merancang pendidikan berbasis Islam, mengandung misi prophetic, dengan tauhid sebagai poros utama. Wallahu a'lam.

sumber : Hikmah Republika oleh Muhammad Kosim
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement