Jumat 17 Apr 2020 20:27 WIB

Pengguna Tanggapi Soal Usul Penghentian KRL Jabodetabek

Pengguna menilai penghentian KRL akan menyulitkan mereka yang harus tetap bekerja.

Sejumlah penumpang berada di dalam kereta rel listrik (KRL) Commuterline di Stasiun Manggarai, Jakarta.
Foto: Antara/M Risyal Hidayat
Sejumlah penumpang berada di dalam kereta rel listrik (KRL) Commuterline di Stasiun Manggarai, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan Ad Interim Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan operasional kereta api listrik (KRL) Jabodetabek tidak akan dihentikan. Di Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, hingga Jumat (17/4) malam pun belum ada informasi operasional KRL akan dihentikan pada 18 April besok.

Sejumlah pengguna KRL mengaku belum mendengar adanya pengumuman resmi terkait penyetopan perjalanan KRL tersebut, termasuk pemberitahuan dari petugas.

Baca Juga

"Baru katanya sih, KRL mau disetop tanggal 18 April, tapi dari tadi saya belum mendengar pengumuman lewat pengeras suara," kata Nisa (29) warga Bekasi yang berprofesi sebagi dokter di RSUD Sawah Besar.

Nisa juga sempat menanyakan kepada petugas keamanan dalam di Stasiun Manggarai apakah penghentian KRL benar diberlakukan mulai besok. Petugas keamanan hanya menjawab belum ada pemberitahuan resmi dari pimpinan pusat.

"Ya gitu kata petugas, belum ada pemberitahuan," ucapnya.

Sebagai tenaga medis, Nisa selama satu ini mengandalkan kereta api untuk berangkat kerja dari Bekasi ke Jakarta begitu juga sebaliknya. Adanya rencana menyetop perjalanan KRL, menurut Nisa, akan sangat membebani pengguna kereta terutama tenaga medis yang masih mengandalkan transportasi umum.

"Ya pasti terganggu. Karena tidak ada moda tranportasi lain selain kereta kalau dari Bekasi. Jadi tambah bingung aja," ujarnya.

Menurut Nisa, adanya perubahan jadwal perjalanan kereta sejak PSBB diberlakukan telah menguras tenaga dan waktunya untuk berangkat kerja maupun pulang. Terlebih dirinya harus bertugas merawat pasien Covid-19.

Sementara pengguna KRL lainnya, Sonya (28), mengatakan perubahan jadwal KRL selama pemberlakukan PSBB saja sudah membuat penumpang bingung. Sebab, penumpang tidak memiliki kepastian untuk bisa melanjutkan perjalanan menggunakan kereta.

Pramugari salah satu maskapai domestik Indonesia itu mengungkapkan, bahkan dirinya terpaksa beralih menggunakan taksi daring karena ketinggalan kereta terakhir.

"Jadwal kereta jadi enggak jelas gini, tadi saya liat di google masih ada kereta Duri sampai jam enam, tahunya cuma sampai jam tiga," kata Sonya yang besok harus melakukan penjalanan dinas.

Sebelumnya, Kepala Stasiun Manggarai, Hendrik Mulyanto saat dikonfirmasi melalui pesan obrolan instanwhatsapp mengatakan belum ada keputusan terkait penyetopan KRL Jabodetabek mulai besok. "Belum ada perintah, sampai saat ini kereta masih beroperasi," katanya melalui pesan instan.

Seperti diberitakan sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Ad Interim sekaligus Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan menegaskan kereta rel listrik (KRL) tetap akan beroperasi di wilayah Jabodetabek. Operasional KRL tetap dilakukan dengan pembatasan waktu dan pengendalian penumpang.

"Pak Menko Luhut mendapatkan laporan bahwa penumpang KRL itu mayoritas adalah pekerja," kata Juru Bicara Menko Marves Jodi Mahardi dalam keterangan di Jakarta, Jumat (17/4).

Jodi menjelaskan, alasan Menko Luhut tak menghentikan operasional KRL, karena pemerintah tidak ingin para pekerja itu tidak bisa bekerja. Sebab, diantara para pekerja itu adalah mereka yang juga bekerja di fasilitas kesehatan.

Jodi mengatakan, sejauh ini ada delapan sektor usaha yang diizinkan beroperasi selama masa PSBB semisal kesehatan dan pangan. Dia melanjutkan, mereka masih membuatuhkan moda transportasi massal untuk berangkat ke tempat kerja masing-masing.

"Sehingga jika operasional KRL diberhentikan, hal ini malah dapat menimbulkan masalah baru," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement