Sabtu 18 Apr 2020 01:36 WIB

Studi Sebut Amerika Terancam Kekeringan Ekstrem

Kekeringan ekstrem berpotensi landa Amerika selama beberapa dekade.

Rep: Febryan A/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi Kekeringan
Foto: Foto : MgRol_94
Ilustrasi Kekeringan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kebakaran hutan, berkurangnya lapisan salju, dan berkurangnya sumber daya air telah menjadi sesuatu yang normal bagi penduduk Amerika Serikat (AS) bagian barat. Namun, dampak perubahan iklim ini baru hanya permulaan.

Sebuah studi terbaru dari Universitas Columbia mengatakan wilayah barat AS itu akan dilanda megadrough (kekeringan ekstrim yang berlangsung selama beberapa dekade) yang disebabkan oleh iklim. Kekeringan ini diperkirakan adalah yang terburuk dalam sejarah modern.

Baca Juga

Dilansir CBS News, Rabu (16/4), sejak tahun 2000, wilayah barat AS telah mengalami salah satu periode 20 tahun terkering dalam sejarah. Penyebabnya adalah kombinasi siklus alam kering dan perubahan iklim.

Sekitar lebih dari seribu tahun lalu, ada bukti bahwa wilayah barat AS beberapa kali dihancurkan oleh megadrough yang digerakkan secara alami. Kekeringan luar biasa di masa lalu itu diketahui menyebabkan kekacauan dalam peradaban masyarakat pribumi di wilayah itu.

Kekeringan serupa diduga banyak ilmuwan bakal terjadi lagi sekarang lantaran kondisinya mulai mengarah ke sana. Bahkan, penelitian dari Universitas Columbia yang diterbitkan dalam jurnal Science, tidak hanya mengkonfirmasi kecurigaan itu, tetapi juga menyimpulkan bahwa megadrought kali ini sama buruk atau lebih buruk yang sebelumnya.

Untuk mencapai kesimpulan seperti itu, tim peneliti melakukan "analisis jangka panjang paling komprehensif dan terkini". Penelitian mencakup wilayah yang membentang di sembilan negara bagian AS. Mulai dari Oregon dan Montana hingga ke California, New Mexico, dan bagian dari Meksiko utara.

Analisis mereka menggunakan 1.200 tahun data cincin pohon, pengamatan cuaca modern, dan puluhan permodelan iklim. Khusus pengamatan cincin pohon, cara ini bisa membuat peneliti mengukur perubahan kelembaban tanah hingga berabad lalu. Sebab data modern hanya tersedia hingga 100 tahun ke belakang.

"Kami sekarang memiliki cukup pengamatan tentang kekeringan saat ini dan catatan cincin pohon kekeringan di masa lalu untuk mengatakan bahwa kita berada di lintasan yang sama dengan kekeringan prasejarah terburuk," kata penulis utama Park Williams, seorang profesor peneliti di Lamont-Doherty Earth Observatory di Universitas Columbia.

Menggunakan data cincin-pohon, Williams dan timnya mendeteksi puluhan kekeringan di seluruh wilayah, mulai tahun 800 Masehi. Empat di antaranya dikategorikan sebagai megadroughts, yakni pada akhir 800-an, pertengahan 1100-an, 1200-an dan 1500-an.

Namun, Kekeringan saat ini diperkirakan bakal lebih parah lantaran besarnya kontribusi perubahan iklim. Bahkan, megadrough modern ini diyakini tak hanya lebih parah tapi juga mencakup wilayah lebih luas.

Para peneliti mengatakan, kenaikan suhu akibat perubahan iklim, yang disebabkan manusia, bertanggung jawab sekitar setengah dari kecepatan dan tingkat keparahan kekeringan saat ini. Karena suhu regional di Barat diproyeksikan akan terus meningkat, tren ini kemungkinan akan berlanjut.

"Karena bumi semakin hangat, ini akan mengarah ke kekeringan yang lebih lama dan lebih parah," kata Williams.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement