Sabtu 18 Apr 2020 03:30 WIB

Pandemi Covid-19 Perburuk Ekonomi Malaysia

Lockdown di Malaysia saat ini sudah sangat berdampak terhadap perekonomian.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Dwi Murdaningsih
Pejalan kaki yang memakai masker menyeberang jalan kosong di pusat kota Kuala Lumpur, Malaysia, Ahad (12/4). Malaysia memperpanjang penguncian wilayah atau lockdown selama dua pekan hingga 28 April 2020 untuk menekan penyebaran virus corona
Foto: APAP/ Vincent Thian
Pejalan kaki yang memakai masker menyeberang jalan kosong di pusat kota Kuala Lumpur, Malaysia, Ahad (12/4). Malaysia memperpanjang penguncian wilayah atau lockdown selama dua pekan hingga 28 April 2020 untuk menekan penyebaran virus corona

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Guru Besar Fakultas Bisnis dan Akuntansi Universiti Malaya Mohd Nazari Ismail mengatakan, pandemi Covid-19 sudah memperburuk kondisi ekonomi Malaysia. Bahkan, lebih berat dari krisis ekonomi 1998 dan 2009.

Hal itu disampaikan Nazari saat menjadi narasumber diskusi Dampak Covid-19 terhadap Masyarakat Malaysia. Diskusi digelar Prodi Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia, Kamis (16/4).

Baca Juga

"Meskipun situasi ekonomi Malaysia pada saatnya akan kembali normal, tidak sepenuhnya menjamin buruh migran memiliki kesempatan sama seperti beberapa waktu terakhir karena masyarakat Malaysia cenderung tetap bekerja meski upah yang lebih rendah," kata Nazari.

Ia menjelaskan, posisi lockdown di Malaysia saat ini sudah sangat berdampak terhadap perekonomian. Di satu sisi, warga Malaysia pada dasarnya menyadari lockdown penting karena alasan keselamatan.

"Ada kelompok yang tidak keberatan lockdown, namun ada juga yang merasa perlu untuk segera membuka bisnisnya kembali karena alasan ekonomi," ujar Nazari.

Nazari meyakini, generasi muda yang imunitasnya tinggi dan rendah resiko terpaparnya seharusnya tidak dibolehkan bekerja. Sebab, mereka perlu menjamin keberlangsungan ekonomi dirinya sendiri.

Saat ini, kata Nazari, Pemerintah Malaysia mengeluarkan paket stimulus, bantuan langsung untuk masyarakat dna bisnis dengan total MYR 35 miliar. Meski begitu, ini bukan bantuan yang sifatnya jangka panjang.

"Ini lebih agar pemerintah tidak kehilangan popularitas di mata masyarakat saja dengan alasan untuk meringankan beban masyarakat," kata Nazari.

Pada masa mendatang, paket stimulus ini berpotensi jadi masalah baru karena tingkat hutang yang tinggi. Tidak menutup kemungkinan, setelah pandemi ini selesai Malaysia akan menghadapi krisis.

Krisisnya mungkin lebih parah dari 1930, dan akan terkena dampak lebih buruk dibanding negara tetangga seperti Indonesia. Menurut Nazari, dampak ekonomi global ini sesungguhnya karena sistem perekonomian yang didasarkan hutang.

"Dari pandemi Covid-19 ini, perlu kita pikirkan secara serius pada masa mendatang bagaimana mengubah model perekonomian negara-negara, termasuk Malaysia agar tidak bergantung kepada hutang," ujar Nazari.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement