Jumat 17 Apr 2020 18:54 WIB

Tiga Faktor Ini Bikin BI Pede CAD di Bawah 1,5 Persen

Pada kuartal II, CAD diproyeksikan akan lebih rendah lagi.

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Nidia Zuraya
Defisit Neraca Transaksi Berjalan
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Defisit Neraca Transaksi Berjalan

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia optimistis defisit transaski berjalan (CAD) kuartal pertama 2020 bisa di bawah 1,5 persen. Angka tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya yang mencapai 2,5-3 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB).

Gubernur BI, Perry Warjiyo menyabut sedikitnya tiga faktor yang mendukung. "Kami sampaikan, CAD pada kuartal I akan lebih rendah dari 1,5 persen PDB," katanya dalam briefing pekanan, Jumat (17/4).

Baca Juga

Tiga faktor yang mendukung diantaranya karena penurunan impor, menurunan defisit neraca jasa, dan penurunan devisa pariwisata yang lebih rendah. Perry mengatakan, Covid-19 berdampak pada penurunan ekspor karena terganggunya mata rantai perdagangan dunia sehingga permintaan menurun.

Namun demikian, penurunan impor akan terjadi lebih dalam karena tidak hanya disebabkan penurunan ekspor, tapi juga penurunan produk di dalam negeri. Sebagian besar produksi dalam negeri mengambil bahan baku dari impor.

 

Kedua, penurunan CAD karena defisit dari neraca jasa akan menurun, khususnya dari biaya angkut transportasi untuk impor. Setengah dari nilai impor berasal dari asuransi dan transporasi. Sehingga ketika impor menurun maka kebutuhan untuk bayar asuransi dan transporasi juga menurun.

Ketiga, dari sisi devisa pariwisata yang penurunannya akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Ini dengan menambahkan perhitungan jumlah devisa dari wisatawan nusantara yang bepergian keluar negeri.

"Waktu kami perkirakan semula itu lebih banyak menghitung penurunan devisa dari turis mancanegara," katanya.

Dengan mewabahnya Covid-19 secara global, maka kebutuhan devisa wisatawan domestik untuk keluar negeri akan berkurang. Pembatasan mobilisasi manusia secara global telah menurunkan pariwisata global, termasuk umroh.

Perry menyampaikan pada kuarta pertama, devisa yang turun dari turis yang masuk ke dalam negeri atau inbound bernilai sekitar dua miliar dolar AS. Sementara devisa untuk wisatawan dalam negeri yang keluar negeri atau outbond berjumlah sekitar 1,6 miliar dolar AS.

"Sehingga secara nettnya penurunan devisa dari turis itu tidak setinggi perhitungan sebelumnya," katanya.

Perry meyakini tiga faktor tersebut akan membuat CAD lebih rendah dari 1,5 persen PDB. Pada kuartal II, CAD diproyeksikan akan lebih rendah lagi sesuai dengan tren pandemi Covid-19. Pada kuartal IV aktivitas ekonomi akan kembali naik.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement