Jumat 17 Apr 2020 11:00 WIB

Sebagian Pelaku Usaha Kopi Rasakan Penurunan Penjualan

Pemilik kafe skala kecil dan mengengah mengadopsi beberapa taktik penjualan.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Penjaga stan mencium produk biji kopi yang dijual saat peringatan Hari Kopi Nasional 2020 di kantor Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta, beberapa waktu lalu. Pelaku usaha kopi mulai merasakan imbas wabah corona dengan turunnya penjualan.
Foto: Republika/Putra M Akbar
Penjaga stan mencium produk biji kopi yang dijual saat peringatan Hari Kopi Nasional 2020 di kantor Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta, beberapa waktu lalu. Pelaku usaha kopi mulai merasakan imbas wabah corona dengan turunnya penjualan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian pelaku usaha, master trainers, dan petani kopi belum mengetahui akses insentif yang bisa mereka dapatkan di tengah wabah Covid-19 saat ini. Mereka menyatakan mulai merasakan dampak pandemi corona dengan turunnya penjualan.

Upaya menjaga stabilitas di sektor kopi juga diterapkan petani dan pengusaha kopi. Pemilik CV Frinsa Wildan Mustofa mengatakan, para pengusaha kecil dan menengah telah melakukan adaptasi pada proses penjualan kopi. Di antaranya melakukan penjualan secara online dan memberikan diskon produk.

Baca Juga

Para pemilik kafe skala kecil dan mengengah mengadopsi beberapa taktik penjualan seperti menjadi mitra di marketplace, memberikan diskon produk, serta layanan antar. "Tapi, tidak bisa dipungkiri, omzet penjualan menurun drastis, bisa sampai 90 persen," kata Wildan dalam Diskusi Kopi (Disko) virtual dengan topik "Antisipasi Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap Sektor Kopi di Indonesia" di Jakarta, pada Kamis,  (16/4). 

Wildan menambahkan, para pengusaha kopi akan tetap membeli hasil panen kopi ke petani tapi dengan skala yang mungkin lebih kecil. Oleh karenanya, Wildan mengaku butuh dukungan pemerintah untuk juga membeli atau menampung hasil panen petani agar harga pasaran kopi tidak turun drastis.

Ia menambahkan, periode panen kopi sudah dimulai di beberapa lokasi seperti Aceh. Puncaknya pada Mei hingga September 2020 mendatang. 

Direktur Eksekutif Sustainable Coffee Platform of Indonesia (Scopi) Paramita Mentari Kesuma menjelaskan, berdasarkan survei singkat yang dilakukan Scopi kepada anggota, Master Trainers (MT), dan petani kopi dampingan MT di 15 provinsi, para MT dan petani sudah mengetahui apa yang dimaksud pandemi Covid-19. 

"Akan tetapi, sebagian besar mereka belum memperoleh informasi langkah antisipasi. Baik dukungan maupun bantuan dari pemerintah pusat maupun daerah kepada koperasi atau petani kopi," kata Mentari.

Dalam survei juga didapatkan berbagai jenis bantuan yang diharapkan para petani selama pandemi Covid-19. Sektor UMKM, pelaku dalam supply-chain, serta eksportir, mengharapkan adanya dukungan pemerintah berupa bantuan finansial langsung (pendanaan), bantuan langsung tunai (BLT), biaya operasional, insentif pajak, membuka resi gudang yang bisa diakses petani, pelaku di dalam supply-chain, dan pegawai UMKM.

Scopi akan memfasilitasi pelaksanaan langkah konkret untuk menjaga stabilitas produksi dan pasar kopi di Indonesia. Para anggota Scopi yang merupakan pelaku UMKM, roaster, eksportir, pendamping petani, LSM, dan pengelola koperasi kopi, dalam survei menyatakan akan tetap melakukan pembelian kopi dan menjualnya secara online. Pendampingan dan sosialisasi kepada petani juga akan dilakukan online

Ketua Dewan Pengurus ScopiI Irvan Helmi menambahkan, pada masa sekarang ini sangat krusial menangkap aspirasi pemangku kepentingan terkait. Sekaligus mengajak gerakan atau aksi yang bersifat kolaborasi guna memitigasi dampak negatif terutama untuk petani.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement