Jumat 17 Apr 2020 07:27 WIB

Perang Kata-Kata Antara Netizen Cina dan Thailand di Medsos 

Netizen Cina menyerang seorang model Thailand yang bicara asal usul virus corona

Rep: deutsche welle/ Red: deutsche welle
Twitter. Perang Kata-kata Antara Netizen Cina dan Thailand di Medsos 
Foto: Foxnews
Twitter. Perang Kata-kata Antara Netizen Cina dan Thailand di Medsos 

Badai kecaman yang dilayangkan netizen Cina terhadap seorang model Thailand terkait komentar ihwal wabah corona, memicu perang media sosial antara kaum nasionalis Tiongkok dengan kelompok pro demokrasi di Thailand, Taiwan dan Hong Kong.

Kata-kata dan meme bernada hinaan saling dilontarkan sejak awal pekan. “Ini adalah perang geopolitik antarnegara di Twitter yang pertamakali dialami oleh netizen Thailand,“ kata Prajak Kongkirati dari Universitas Thammasat, Bangkok.

“Kita menyaksikan bagaimana netizen menmpertanyakan kebijakan dan pengaruh Cina,“ imbuhnya.

Perang medsos antara kaum nasionalis Cina dan kelompok pro-demokrasi di Thailand dan Hong Kong memicu lebih dari dua juta kicauan di Twitter. Sebuah laman di Facebook yang didekasikan untuk tagar #Nnevvy yang menandai perang kata-kata antara kedua kelompok saat ini sudah mencatat lebih dari 63.000 pengikut.

Serangan Kaum Nasionalis Cina

“Nnevvy“ adalah nama panggilan untuk Weeraya Sukaram, seorang model Thailand yang memicu kontroversi saat membagi sebuah pesan Twitter yang menuduh virus corona berasal dari sebuah laboratorium di Cina.

Netizen Tiongkok lalu menambah bara ke dalam api, dengan menuding Weeraya menyangkal klaim Beijing tentang status Taiwan sebagai salah satu provinsinya, dalam sebuah unggahan di Instagram.

Pacar Weeraya, Vachirawit Chivaaree, yang pernah memberikan tanda jempol pada sebuah unggahan yang menyebut Hong Kong sebagai negara berdaulat, juga ikut dipermasalahkan kaum nasionalis di Cina.

Tagar #Nnevvy di media sosial Cina, Weibo, tercatat tampil sebanyak lebih dari 4,65 miliar kali dan mencakup 1,44 juta unggahan.

Dukungan dari Taiwan dan Hong Kong

Menanggapi tsunami kecaman dari Cina, sejumlah aktivis pro-demokrasi, termasuk aktivis Hong Kong Joshua Wong dan seorang walikota di Taiwan, ramai-ramai memberikan dukungan terhadap Weeraya Sukaram.

Wong misalnya mengunggah foto diri saat menyaksikan acara Vachirawit di televisi dan mengimbau penduduk Hong Kong “berdiri bersama sahabat Thailand yang mencintai kebebasan.“

Menurut pegiat demokrasi Thailand, Netiwit Chotiphatphaisal, warga di negeri gajah putih itu mulai cemas menyimak tindak tanduk Cina di kawasan, termasuk dalam kaitannya dengan kudeta 2014 yang melejitkan Prayuth Chan-ocha ke kursi perdana menteri.

“Tagar ini membuka kesempatan untuk bersuara,“ kata Netiwit kepada Reuters.

Sebaliknya Kementerian Luar Negeri Cina menuding adanya plot untuk menciptakan keributaan antara kedua negara. “Beberapa orang ingin menggunakan kesempatan untuk memprovokasi konflik melalui internet dan bermain-main dengan hubungan antara Cina dan Thailand,“ tulis kemenlu di Beijing dalam keterangan persnya. “Plot mereka tidak akan berhasil.”

Sementara itu netizen Filipina juga tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk menyerang Cina terkait konflik antara kedua negara di Laut Cina Selatan.

Medan Diplomasi Seputar Status Hong Kong dan Taiwan.

Perusahaan konsultan media sosial, Drone Emprit, mengaku mengendus aktivitas akun bot di seputar tagar #Nnevvy, namun tidak membeberkan dari mana akun-akun tersebut berasal.

Reuters melaporkan sejumlah akun yang tercatat gencar menebar kicauan pro-Cina sengaja dibuat dalam beberapa hari terakhir. Meski diblokir pemerintah, netizen Cina terbiasa mengakses Twitter lewat jejaring virtual atau atas seizin pemerintah.

“Meski berawal dari perang dadakan di Twitter yang intensif antara Cina dan Thailand, tagar #Nnevvy kini juga menjadi medan perang diplomasi antara Cina dengan Hong Kong dan Taiwan,“ ata Tracy Beatty dari lembaga pemikir, Australian Strategic Policy Institute.

Ironisnya, kritik tajam yang dilontarkan netizen pro-Cina terhadap aktivis medsos di Bangkok itu, disambut dengan candaan oleh netizen Thailand yang memang menganggap pemerintahannya tidak demokratis.

Pemerintah Thailand sendiri juga ikut memantau perang medsos dengan Cina. Jurubicara pemerintah, Ratchada Thanadirek sudah mengimbau netizen Thailand agar tidak mengekspresikan diri dengan berlebihan.

rzn/as (rtr,dpa)

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan deutsche welle. Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab deutsche welle.
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement