Rabu 15 Apr 2020 23:56 WIB

Genjatan Senjata di Idlib Suriah Terpantau Aman Hari ke-41

Genjatan senjata di Idlib Suriah disepakati Turki dan Rusia.

Rep: Umar Mukhtar/ Red: Nashih Nashrullah
Genjatan senjata di Idlib Suriah disepakati Turki dan Rusia. Ilustrasi Idlib Suriah.
Foto: AP
Genjatan senjata di Idlib Suriah disepakati Turki dan Rusia. Ilustrasi Idlib Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, DAMASKUS— Gencatan senjata dukungan Turki dan Rusia di Provinsi Idlib Suriah, yang memasuki hari ke-41 pada Rabu (15/4), berada dalam keadaan "aman waspada", seperti dilaporkan lembaga pemantau perang.

Ketenangan tersebut terlihat di daerah gencatan senjata di tengah absennya serangan udara, namun terdapat sejumlah pelanggaran dan penembakan di pedesaan selatan Idlib, menurut Observatorium HAM untuk Suriah.

Baca Juga

Pemantau yang bermarkas di Inggris itu menyebutkan pasukan Suriah menembaki sejumlah tempat di daerah Jabal al-Zawiyeh di pedesaan Idlib pada Selasa malam.

Sementara itu, media resmi Suriah menuding gerilyawan dukungan Turki beberapa kali melanggar gencatan senjata sejak Maret lalu.

Gencatan senjata, yang disepakati  Rusia dan Turki, mulai berlaku sejak 5 Maret setelah bentrokan langsung antara militer Suriah dan pasukan Turki meletus di Suriah utara. 

Di tempat terpisah, Menteri luar negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, mendesak komunitas internasional untuk membantu para pengungsi Suriah di tengah berkurangnya upaya bantuan karena situasi pandemi wabah corona atau Covid-19. Hal ini disampaikannya pada konferensi virtual sebagaimana dilansir Anadolu Agency, Rabu (15/4).

Cavusoglu mengatakan Turki adalah sumber utama bantuan untuk para pengungsi Suriah dan situasi pandemi sekarang ini membuat upaya membantu pengungsi tersebut lebih sulit dilakukan. Dia pun khawatir kondisi ini akan menimbulkan meningkatnya jumlah pengungsi ke Turki.

"Kami khawatir ini mungkin memicu gelombang pengungsi lain ke Turki karena kegagalan komunitas internasional. Komunitas internasional harus bertindak sebelum terlambat bagi Suriah dan Idlib," kata dia.

Cavusoglu menuturkan, wilayah Idlib merupakan wilayah yang paling membutuhkan bantuan. Wilayah ini telah menjadi sasaran brutal oleh rezim Suriah di bawah Bashar al-Assad dan sekutunya. 

"Provinsi itu sangat membutuhkan lebih banyak bantuan asing dan rencana global yang solid, ini yang tidak kita miliki sekarang," tuturnya.

Cavusoglu menambahkan, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Presiden Rusia Vladimir Putin menyetujui 5 Maret lalu tentang gencatan senjata baru di Idlib dalam upaya untuk mengakhiri permusuhan dan serangan terhadap warga sipil. Hampir 1,5 juta warga Suriah berada di ambang pintu Turki. "Kami membutuhkan dukungan nyata dan tepat waktu dan tanpa syarat dari sekutu kami," kata Cavusoglu. 

Menurut data Universitas Johns Hopkins yang berbasis di AS, Suriah memiliki setidaknya 29 kasus virus korona dan dua kematian pada hari Selasa, tetapi aktivis hak asasi manusia memperingatkan virus itu dapat menyapu daerah yang dilanda konflik.

Pada akhir Maret, kepala bantuan PBB Mark Lowcock mengatakan, kasus infeksi Covid-19 pertama yang dikonfirmasi di Suriah hanyalah "puncak gunung es" dari wabah yang dapat memiliki dampak buruk pada negara yang dilanda perang.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement