Rabu 15 Apr 2020 12:16 WIB

Sadar Diri Ala Tim-tim Elite Liga Inggris

Tekanan dari kelompok suporter akhirnya menyentuh telinga manajemen.

Rep: Muhammad Ikhwanuddin/ Red: Gilang Akbar Prambadi
logo baru liga primer inggris
Foto: http://www.skysports.com
logo baru liga primer inggris

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Tottenham Hotspur resmi membatalkan rencana pemotongan gaji sebesar 20 persen terhadap 550 karyawan. Lewat laman resmi klub, Senin (13/4), The Lilywhites juga memutuskan tidak memakai bantuan pemerintah Inggris untuk menggaji karyawan non-pesepak bola.

Pada April lalu, Spurs terlanjur mengumumkan keputusan pembayaran gaji hanya dipenuhi sebesar 80 persen. Sontak, kebijakan klub bermarkas di London Utara ini menuai banyak protes dari fans. 

Pasalnya, pemerintah Inggris memberlakukan skema bantuan gaji bagi perusahaan terdampak Covid-19 yang disebut 'The Coronavirus Job Retention' dengan menyubsidi 80 persen upah karyawan maksimal 2.500 poundsterling per bulan, lalu sisanya dibayar pihak pemberi kerja. Jika ditambah pemotongan gaji 20 persen, maka Spurs dinilai hanya mengeluarkan uang yang sedikit terkait hal ini. 

Menanggapi hal itu, kelompok suporter yang tergabung dalamTottenham Hotspur Supporters' Trust (THST) menyatakan dalam pernyataan resminya, meminta manajemen tidak merusak reputasi klub dengan memotong gaji karyawan sembari memanfaatkan kebijakan pemerintah. 

Tekanan dari kelompok suporter akhirnya menyentuh telinga manajemen. Oleh sebab itu, Spurs memilih menggaji penuh ke seluruh karyawan tetap dan kontrak pada April dan Mei, serta tidak memanfaatkan subsidi pemerintah.

Keputusan The Lilywhites pun mendapat respon positif dari pihak yang memberikan tekanan. Dalam keterangannya, THST mengaku bahagia pihak klub mau mendengar aspirasi supporter. 

"Kami bahagia karena direksi klub memilih untuk mendengarkan para suporter di situasi ini dan akhirnya melakukan hal yang benar," kata mereka.

CEO Tottenham Hotspur, Daniel Levy mengungkapkan langkah Tottenham memotong gaji karyawan adalah cara mereka untuk menyelamatkan pekerjaan. Meski demikian, pihaknya sadar bahwa tindakan tersebut justru menimbulkan keresahan.

"Kritik yang diterima klub dalam sepekan terakhir sangat menggugah, karena kami punya rekam jejak yang baik dan memiliki rasa tanggungjawab besar terhadap orang-orang yang bergantung pada kami, terutama para penduduk setempat," kata Levy.

"Kami menyesali segala keresahan yang timbul pada masa sulit ini dan berharap para suporter bisa melihat apa yang sedang kami lakukan. Stadion kita akan digunakan untuk tujuan yang baik dan para suporter akan merasa bangga," ujarnya menambahkan. 

Selain itu, Tottenham juga mengizinkan stadion mereka dipakai sebagai tempat tes dan perawatan pasien Covid-19. Sebagian karyawan juga dikerahkan menjadi relawan menangani virus corona. 

Keputusan Spurs membatalkan pemotongan gaji juga sudah dilakukan oleh Liverpool. The Reds mengambil langkah serupa setelah ditekan dari berbagai arah, mulai dari suporter hingga legenda klub.

Hal serupa juga dilakukan klub raksasa Inggris, Manchester United (MU) yang tidak berniat memangkas gaji selama pandemi Covid-19. Seperti dilansir The Sun, manajemen klub sudah mengirim surel ke 900 karyawan terkait pembayaran gaji penuh hingga selama wabah berlangsung. Selain itu, MU juga akan membayar penuh gaji pekerja lepas hingga 1 Juni. 

Striker bintang Spurs, Harry Kane dan rekrutan anyar mereka, Tanguy Ndombele tetap menjadi pemain Tottenham yang mendapat gaji tertinggi, yakni 200 ribu poundsterling atau setara dengan Rp 3,7 miliar setiap pekannya. 

Kemudian ada Son Heung-min yang mendapat gaji tertinggi kedua di klub. Meski dipastikan absen hingga akhir musim, Son masih mendapat upah senilai 140 ribu poundsterling atau Rp 2,4 miliar setiap pekan.

Spurs juga harus menggaji tinggi beberapa pemain bintang mereka seperti Dele Alli, Hugo Lloris, dan Jan Verthongen. Ketiganya dibayar 100 ribu poundsterling atau Rp 1,8 miliar per pekannya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement