Rabu 15 Apr 2020 11:39 WIB

Klarifikasi Artikel '59 Jemaat Tewas Usai Minum Disinfektan'

Artikel '59 Jemaat Tewas Usai Minum Disinfektan' merupakaan disinformasi.

Berita palsu atau hoaks.
Foto: Pixabay
Berita palsu atau hoaks.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 27 Maret 2020, Republika.co.id memuat artikel yang berjudul 59 Jemaat Tewas Setelah Pendeta Minumkan Cairan Disinfektan. Artikel tersebut disadur dari Kenya Today.

Dalam artikel itu disebutkan seorang pastor di Afrika Selatan bernama Rufus Phala diduga telah memberikan cairan disinfektan Dettol kepada puluhan jemaatnya guna mencegah Covid-19 sekaligus tanda iman selama kebaktian gereja. Atas insiden tersebut, 59 jemaat dipastikan tewas, sementara empat dalam kondisi kritis setelah minum Dettol.

Menurut Opindia, laporan 59 kematian akibat konsumsi Dettol tidak bisa diverifikasi secara independen. laporan tersebut tidak diberitakan oleh saluran berita yang kredibel. Awalnya berita dilaporkan oleh Kenyan Report, tapi tidak lama kemudian berita dihapus. Daily Sun di Bangladesh memuat berita ini pada 26 Maret sebagai headline, tapi kini sudah dihapus.

Meski tidak bisa diverifikasi apakah phala mencoba menyembuhkan virus corona dengan Dettol, dia memang pernah membuat jemaatnya meminum disinfektan di masa lalu. pada 2018, Phala meminumkan deterjen Jik dengan mengklaim deterjen itu adalah darah Yesus. Pada 2016, Phala membuat pengikutnya meminum Dettol untuk menyembuhkan penyakit meski dia tahu hal itu berbahaya.

Laman Politifact juga menyoroti pemberitaan tersebut. Menurut laman ini, tidak ada bukti 59 orang meninggal usai meminum Dettol untuk mencegah virus corona. Politifact membenarkan Phala membuat pengikutnya meminum Dettol untuk menyembuhkan penyakit, tapi tidak ada laporan orang meninggal.

AFP mengatakan tidak bisa memverifikasi apakah Phala benar meminumkan disinfektan kepada jemaatnya. Namun, juru bicara polisi Brigadir  Vishnu Naidoo mengatakan klaim tersebut salah dan membantah ada investigasi atas tewasnya 59 orang terkait konsumsi Dettol.

Kementerian Komunikasi dan Informatika sudah menyatakan artikel tersebut sebagai disinformasi. Foto dan berita tersebut tidak ada kaitannya dengan wabah virus corona Covid-19.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement