Rabu 15 Apr 2020 07:04 WIB

RS Darurat Leishenshan Tutup Usai Pasien Terakhir Sembuh

RS Leishenshan yang dibangun kilat untuk pasien Covid-19 ditutup

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
RS Leishenshan yang dibangun kilat untuk pasien Covid-19 ditutup. Ilustrasi.
Foto: Xiao Yijiu/Xinhua via AP
RS Leishenshan yang dibangun kilat untuk pasien Covid-19 ditutup. Ilustrasi.

REPUBLIKA.CO.ID, WUHAN - Rumah sakit Leishenshan yang dibangun secara kilat untuk merawat para pasien terjangkit Covid-19 di Wuhan, China ditutup setelah pasien terakhir sembuh. Meskipun demikian rumah sakit yang dibangun pada 25 Januari 2020 dan sudah bisa digunakan 14 hari kemudian itu tidak akan dibongkar dan tetap siaga menerima pasien.

"Rumah sakit ini sangat krusial dalam memerangi Covid-19 hingga jumlah pasien menurun sampai nol. Fasilitas di rumah sakit ini bagus, sekalipun dalam skala global," kata Direktur Utama RS Leishenshan Wang Xinghuan dikutip media resmi setempat, Rabu.

Baca Juga

Ia menyebutkan rumah sakit yang mengadopsi sistem pelayanan RS Xiaotangshan dalam menangani wabah SARS di Beijing pada 2003 itu telah menangani 2.011 pasien yang terinfeksi virus corona jenis baru tersebut. Dari jumlah itu, 45 persen dalam kondisi yang parah dengan tingkat kematian sekitar 2,3 persen.

Wakil Direktur RS Leishenshan Yuan Yufeng menyebutkan bahwa empat pasien berusia 80 tahun dan dua pasien berusia 70 tahun telah meninggalkan rumah sakit tersebut pada Selasa (14/4). "Empat dari pasien tersebut hasil tesnya menunjukkan negatif tapi masih membutuhkan perawatan lanjutan untuk penyakit bawaannya," ujarnya seperti dikutip China Daily.

Rumah sakit tersebut dibangun dalam tempo dua pekan di atas lahan seluas 21,9 hektare di pinggir Danau Huangjia, Jiangxia. Rumah sakit itu mampu menampung 1.600 pasien Covid-19.

RS Leishenshan merupakan rumah sakit kedua untuk penanganan Covid-19 di Wuhan. Sebelumnya telah dibangun RS Huoshenshan dalam waktu relatif cepat, yakni hanya 12 hari mulai 22 Januari, di pinggir Danau Zhiyin, Caidian dengan daya tampung 1.000 pasien.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement