Rabu 15 Apr 2020 05:01 WIB

Petani di Kolaka Mulai Panen Padi Saat Pandemi Covid-19

Para petani tetap mengikuti anjuran pemerintah dalam melawan virus corona.

Ilustrasi panen padi di Kolaka.
Foto: ANTARA/Irwansyah Putra
Ilustrasi panen padi di Kolaka.

REPUBLIKA.CO.ID,KENDARI -- Petani di sejumlah desa dan kelurahan yang ada di Kecamatan Samaturu, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) mulai melaksanakan panen padi meski ditengah pandemik wabah virus Corona (Covid-19).

Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Tanaman Pangan dan Hortikulutura Kabupaten Kolaka, Popalayah mengatakan kegiatan panen padi pertama di tahun 2020 di daerah itu tidak akan serentak, sebab, kata dia, jenis bibit yang digunakan antar desa dan kelurahan berbeda, namun dalam satu hamparan tetap menggunakan bibit yang sama.

Popalayah menjelaskan, meskipun melaksanakan panen di saat wabah Covid-19, namun para petani di daerah itu dapat menghasilkan lima hingga enam ton gabah kering per hektarnya dengan jenis bibit padi yang ditanam yakni impari 8 dan impari 32. Jika dibandingkan panen sebelumnya maka produksinya stabil.

“Seperti saat ini, di Kelurahan Tonganapo Kecamatan Samaturu menggunakan jenis bibit padi Impari 8 dan Impari 32, yang ditanam di dua hamparan berbeda dengan luas lahan persawahan 216,6 hektare sedangkan total luas sawah untuk Kecamatan Samaturu sebanyak 1.733 hektare dari 17 desa dan 2 kelurahan," katanya, melalui rilisnya yang diterima di Kendari, Selasa (14/4) malam.

Untuk pemanenan padi, lanjut dia, dilakukan dengan menggunakan alat pertanian berupa Combine Harvester yang merupakan bantuan dari Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kolaka. Ia berharap penggunaan alat tersebut dapat menekan kehilangan hasil panen.

Demi menjamin pemenuhan ketersediaan stok pangan dan hasil panen yang stabil para buruh potong padi bersama pemilik sawah tetap semangat meski di tengah merebaknya wabah Covid-19. "Kami sangat bangga kepada petani yang mampu mempertahan jumlah produksi padi yakni sekitar lima hingga enam ton per hektarenya dengan harga jual gabah kering panen berkisar Rp4.300 sampai Rp4.500 per kilogramnya," tutur Popalaya.

Untuk diketahui, penyuluh pertanian lapangan dan para petani tetap mengikuti anjuran pemerintah dalam melawan virus corona, yakni selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS) seperti selalu mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak satu sama lain, serta menggunakan masker ketika keluar rumah maupun saat berkomunikasi bersama seseorang.

Sementara itu, Ketua Kelompok Tani Harapan Makmur 1 Kelurahan Tonganapo, Kecamatan Samaturu, Kabupaten Kolaka, Haeruddin mengatakan bahwa anggota kelompoknya agak kesulitan menjalankan instruksi pemerintah untuk tidak keluar rumah, karena harus tetap mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarganya.

"Saya dengan petani lain harus mencari nafkah demi pemenuhan kebutuhan hidup keluarga namun kami tetap mengikuti langka-langka dan anjuran tetap hidup sehat dan menjaga jarak fisik," pungkasnya.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement