Selasa 14 Apr 2020 21:47 WIB

Omzet UMKM Lebak Terpuruk Akibat Wabah Covid-19

Wabah Covid-19 membuat permintaan terhadap produk UMKM menurun.

Omzet Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). (ilustrasi)
Foto: www.inilahjabar.com
Omzet Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Omzet pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) Kabupaten Lebak, Banten, sejak tiga pekan terakhir ini terpuruk. Merebaknya wabah virus corona atau Covid-19 membuat pendapatan sektor UMKM terganggu.

"Kami saat ini sudah bagus bisa bertahan hidup saja, karena pendapatan menurun hingga 80 persen atau Rp 200 ribu dari normalnya Rp1 juta per hari hari," kata Ani (45), seorang pelaku UMKM 'Pare Crispy' di Cibadak Kabupaten Lebak, Selasa (14/4).

Baca Juga

Selama ini, produksi makanan ringan 'Pare Crispy' relatif terbatas, karena permintaan pasar menurun drastis akibat merebaknya wabah virus corona atau Covid-19. Biasanya, kata dia, dirinya memproduksi sebanyak 50-60 kilogram sayuran paria sebagai bahan baku 'Pare Crispy'.

Namun, kini hanya mampu memproduksi sebanyak 10 kilogram per hari karena menurunnya permintaan pasar luar daerah. Permintaan produksi 'Pare Crispy' itu, selain di wilayah Banten juga menembus pasar DKI Jakarta, Bogor hingga Bandung.

"Kami memasarkan produk makanan ringan 'Pare Crispy' itu secara online juga ada untuk minimarket," katanya menjelaskan.

Menurut dia, umumnya omzet pendapatan penjualan 'Pare Crispy' berkisar Rp 1 juta sampai Rp 1,5 juta, namun kini menurun drastis mencapai Rp 150 ribu hingga Rp 200 ribu per hari. Menurunya omzet pendapatan itu, tentu sulit untuk mengembangkan usaha akibat dampak penyebaran virus Corona.

Bahkan, dirinya jika pendapatan menurun terus dan sepi permintaan konsumen kemungkinan besar akan menghentikan usaha itu. "Kami berharap pemerintah dapat memberikan bantuan permodalan bagi pelaku UMKM yang terdampak bencana nasional penyebaran Covid-19," katanya menjelaskan.

Begitu juga Lilis (45) seorang pelaku UMKM warga Warunggunung Kabupaten Lebak mengaku bahwa permintaan kerupuk emping melinjo yang diproduksinya menurun drastis akibat penyebaran virus Corona itu.

Biasanya, kata dia, dirinya mampu produksi kerupuk emping melinjo sebanyak 100 kilogram per pekan ke luar daerah dengan harga Rp 60 ribu per kg, namun kini hanya 20 kilogram per pekan.

"Kami merasa bingung dengan menurunnya omzet pendapatan sekitar 90 persen dari Rp 60 juta per pekan sehingga terpaksa merumahkan puluhantenaga kerja," katanya menjelaskan.

Sementara itu, Kepala Seksi Data dan Informasi Dinas Koperasi dan UKM Kabupaten Lebak Siti Samsiah mengatakan pihaknya kini tengah melakukan pendataan para pelaku UMKM yang terdampak penyebaran wabah pendemi Covid-19.

Karena itu, pemerintah daerah berkomitmen untuk membangun klaster-klaster ekonomi masyarakat melalui pelaku UMKM tetap berkembang. Selama ini, kata dia, kehadiran UMKM sangat membantu pemerintah daerah dalam hal penyerapan lapangan pekerja tenaga lokal.

Apalagi, program Lebak Sejahtera yang dicanangkan kebijakan Bupati Lebak Iti Octavia bahwa pelaku UMKM menjadikan bagian garda terdepan untuk meminimalisasi kemiskinan dan penganguran.

"Kami saat ini tengah melakukan pendataan pelaku UMKM itu sebanyak 10.000 unit akibat dampak Corona untuk diajukan ke Provinsi Banten," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement