Selasa 14 Apr 2020 05:45 WIB

Seba Baduy akan Digelar tanpa Libatkan Banyak Orang

Tradisi tahunan Seba Baduy ikut terdampak pandemi Covid-19.

Rep: Alkhaledi Kurnialam/ Red: Andri Saubani
Berbagai hasil bumi dan hasil olahannya dipersembahkan (seba) oleh suku Baduy kepada penguasa setempat.
Foto: Raisan Al Farisi/Republika
Berbagai hasil bumi dan hasil olahannya dipersembahkan (seba) oleh suku Baduy kepada penguasa setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Momen tradisi Seba Baduy yang dilakukan masyarakat Suku Baduy atau warga Desa Kanekes, Kabupaten Lebak, Banten pada tahun ini kemungkinan tidak akan semeriah biasanya. Agenda tahunan ini, disebut akan digelar tanpa melibatkan banyak orang yang biasanya menjadi magnet wisatawan nasional hingga mancanegara.

Kepala Bidang (Kabid) Destinasi Dinas Pariwisata Lebak, Luli Agustina mengatakan hal ini dilakukan untuk mencegah penyebaran wabah Covid-19 atau virus korona. Menurutnya, Seba Baduy memang baru akan digelar setelah Idul Fitri, namun karena prediksi wabah Covid-19 belum reda setelah lebaran, pembatasan orang dalam agenda ini yang paling dimungkinkan untuk dilakukan.

Baca Juga

"Seba Baduy memang dijadwalkan setelah lebaran, tapi karena ada pandemi Covid-19 ini kemungkinan acaranya akan dilaksanakan tanpa melibatkan orang banyak. Ini kemungkinan teknisnya kalau memang Seba Baduy akan masih dilakukan," jelas Luli Agustina, Senin (13/4).

Luli menambahkan, Dinas Pariwisata Lebak masih akan berkoordinasi dengan Pemerintah Pusat dan warga Baduy terkait teknis pelaksanaan agenda rutin ini. "Kita masih akan koordinasi dengan Kementerian Pariwisata juga karena ini kan eventnya Kemenpar, dan juga koordinasi dengan Baduy sendiri tentang pelaksanaan tradisi Seba Baduy," ujarnya.

Suku Baduy disebutnya saat ini juga sudah menyadari bahaya wabah dan bahkan melakukan langkah-langkah pencegahan penyebaran Covid-19 di wilayahnya sebelum imbauan pemerintah daerah dikeluarkan. Hal ini ditunjukkan dengan penutupan kegiatan wisata Suku Baduy di Desa Kanekes yang menjadi lokasi para Suku Baduy tinggal.

"Suku Baduy sendiri mereka sudah inisiatif untuk menutup kegiatan wisata di wilayahnya, Kepala Desanya sendiri yang mengajukan untuk menutup sebelum adanya surat edaran. Jadi sekarang orang luar sementara tidak bisa masuk ke pemukiman Suku Baduy," ujarnya.

Luli menambahkan, Covid-19 ini memang telah menimbulkan dampak besar untuk kegiatan wisata di Kabupaten Lebak. "Secara umum pariwisata di Lebak ini sangat terdampak Covid-19 ini, pegiat wisata, pedagang, tour leader ini memang berdampak langsung ke perekonomian mereka," jelasnya.

Seba Baduy sendiri merupakan tradisi masyarakat Baduy untuk berkunjung ke kepala pemerintahan daerah baik tingkat desa hingga Provinsi Banten. Prosesi perjalanan masyarakat Baduy yang dilakukan oleh Suku Baduy Luar dan Suku Baduy Dalam, hingga penyerahan hasil bumi ke kepala daerah di Banten menjadi atraksi wisata yang menarik banyak wisatawan ke daerah Selatan Banten ini.

Sementara Juru Bicara Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Lebak dr Firman Rahmatullah menyebut wabah Covid-19 ini memang berdampak besar kepada aktivitas dan kehidupan di Kabupaten Lebak. Kegiatan pariwisata seperti Seba Baduy yang dilakukan oleh Suku Baduy menjadi salah satu elemen terdampak.

"Dampak Covid-19 ini memang banyak sekali, dari mulai orang pekerja yang jadi tidak punya penghasilan atau banyak sektor lain. Sampai kepada kegiatan kepariwisataan yang harus juga terdampak karena imbauan seperti social distancing," ungkap Firman.

Suku Baduy disebut Firman memang merupakan elemen masyarakat yang sangat menjaga tradisi dan kebiasaannya sejak dahulu. "Warga Suku Baduy itu kan mereka memang orang-orang yang kuat menjaga tradisi dan kelestarian alam. Terkait cara mereka yang menutup kegiatan wisata itu sangat bagus tapi saya memang belum dapat laporan apakah itu dalam rangka pencegahan Covid-19 atau mereka memang sedang melakukan tradisi kawaluh yang memang ketika itu tidak ada wisatawan boleh masuk," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement