Senin 13 Apr 2020 16:31 WIB

Resep Agar Dapat Shalat Secara Khusyuk

Imam al-Ghazali menerangkan resp agar shalat bisa secara khusyuk

shalat (ilustrasi).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
shalat (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di dunia ini, ada yang beribadah dengan dorongan sekadar memenuhi kewajiban harian. Namun, ada pula yang berupaya lebih dari itu. Mereka ingin menggapai level di mana bila ibadah tak dilakukan, maka diri akan terasa "kurang."

Level demikian dimotori oleh sikap khusyuk. Ya, kemampuan untuk beribadah secara khusyuk adalah suatu kenikmatan.

Baca Juga

Alquran surah al-Mu'minun ayat 1-2 menegaskan, khusyuk adalah tanda pertama bagi orang-orang yang beruntung. Mereka yang dapat beribadah secara khusyuk berhak mendapatkan kabar gembira dari Allah SWT (QS al-Hajj:34-35).

Begitu pentingnya kekhusyukan. Bahkan, ketidakberadaannya menjadi tanda rusaknya hati dan keadaan. Khusyuk merupakan tolok ukur tertinggi dari sehatnya hati. Jika khusyuk telah sirna, itu berarti hati pun telah rusak.

Nabi saw bersabda, "Ilmu yang pertama kali diangkat dari muka bumi adalah kekhusyukan." (HR Thabrani).

Resep untuk khusyuk

Bagaimana cara menghadirkan khusyuk? Imam al-Ghazali menawarkan resep berikut.

Pertama, jangan melalaikan ibadah. Mereka yang lalai dalam semua shalatnya, bagaimana mungkin bisa mendirikan shalat untuk semata-mata mengingat-Nya?

Berapa banyak orang hidup tetapi tidak punya daya gerak bagaikan mayit? Demikian pula dengan orang yang lalai dalam seluruh pelaksanan shalat.

Lebih lanjut, Imam al-Ghazali menjelaskan makna batin, yakni terangkum dalam enam kalimat: kehadiran hati, tafahhum, takzim, haibah, raja' dan haya'.

Kehadiran hati ialah mengosongkan hati dari hal-hal yang tidak perlu hingga dia senantiasa sadar, tidak berpikiran liar.

Tafahhum adalah paham terhadap makna.

Takzim itu rasa hormat.

Haibah adalah rasa takut yang bersumber dari rasa hormat.

Raja' adalah pengharapan, sedangkan haya adalah rasa malu.

Haibah (rasa takut) datang dari kesadaran akan kekuasaan Allah, hukuman-Nya, dan pengaruh kehendak-Nya. Raja' timbul lantaran diri menyadari kemahalembutan Allah, kedermawanan-Nya, keluasaan nikmat-Nya, keindahan ciptaan-Nya, dan kebenaran janji-Nya.

Adapun haya' muncul melalui perasaan serbakurang sempurna dalam hal beribadah. Merasa diri tak mampu menunaikan hak-hak Allah atas dirinya.

Tiga tipe

Berdasarkan itu, manusia terbagi menjadi tiga kelompok. Pertama, orang lalai. Dia mendirikan shalat, tetapi hatinya tidak hadir sama sekali.

Kedua, orang lalai yang sama sekali tak mendirikan shalat. Ketiga, orang yang tidak pernah lalai dalam shalat dan selalu menghidupkan hatinya. Tipe ketiga inilah yang dimaksud dengan kekhusyukan.

Maka, ketika mendengar seruan azan, hadirkanlah dalam hati kita gambaran tentang kondisi kita kelak di Hari Akhir. Dengan cara itu, hati akan lebih terpanggil dalam beribadah kepada-Nya.

Orang-orang yang bersegera memenuhi seruan ini adalah orang-orang yang dipangil dengan penuh lemah lembut pada hari 'pergelaran akbar' itu.

"Jika kita bisa mendapatinya dengan penuh kegembiraan, kesenangan, selalu berkeinginan untuk memulainya, maka ketahuilah rasa khusyuk akan datang kepadamu," kata Said Hawwa dalam buku Tazkiyatun Nafs

sumber : Pusat Data Republika
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement